POLITIK PEMBANGUNAN TEORI EKONOMI MODERN “KEYNES DAN HARROD-DOMAR”
- May 02, 2012
- By jendela eva
- 0 Comments
Pendekatan yang dilakukan Keynes terhadap masalah-masalah ekonomi dan kebijaksanaan ialah bagaimana ia dapat mengendalikan permintaan negative: melalui kebijaksanaan fiscal dengan menciptakan deficit dalam keadaan depresi dan melakukan surplus dalam perkembangan ekspansi[1]. Keynes membuat teori bukan membuat teori untuk membuat sesuatu yang baru namun dia mengisi kekosongan yang ada pada teori sebelumnya dan memberikan resolusi-resolusi yang mungkin dapat dilakukan meskipun hasilnya terlihat controversial dan ditetang oleh mazhab klasik. Keynes berpendapat bahwa seharusnya resolusi-resolusi baru dapat diterima dengan baik oleh para kaum intelek. Ahli klasik berpendapat bahwa tabungan-tabungan sudah pasti dibelanjakan oleh mereka yang menanam modal dalam suatu usaha industry atau perusahaan-perusahaan lainnya. Keynes cenderung menentang hal ini. Penabung seringkali merupakan orang yang berbeda dengan penanam modal dan masing-masing memiliki tujuan sendiri.
Persamaan
pokok menurut Keynes adalah pendapatan seluruhnya merupakan pengurangan dari
jumlah yang dibelanjakan untuk barang-barang untuk konsumen dan jumlah yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Menurut Keynes dalam bukunya yang berjudul the
general theory of employment, unterest and money (1936), perkembangan deflasi
dan depresi serta ekspansi dan inflasi pada hakekatnya merupakan permasalahan
yang berkisar pada permintaan agregatif. Menurunnya investasi dunia usaha dan
investasi pemerintah menyababkan tertekannya permintaan agregatif, hal ini menyebabkan
adanya stagnasi ekonomi. Siklus dalam
kegiatan ekonomi terjadi karena adanya
perubahan secara siklis dalam efisiensi marginal modal, hal ini juga
dipengaruhi oleh hasrat dan liquiditas dimana hasrat berkonsumsi mempengaruhi
osilasi dan amplitude dalam perkembangan ekonomi. Menurut teori Keynes-hansen
ada dua rupa modal yang menyangkut gerak menurunnya efisiensi marginal dari
modal.
a. Tingkat
efisiensi marginal dari modal bisa menurun pada garis curve tertentu pada suatu schedule
tertentu,
b. Efisiensi
dari modal marginal juga dapat berubah karena terjadi pergeseran dari curve itu
sendiri.[2]
Setiap
tambahan pada investasi dalam tahan ekspansi menyebabkan menurunnya efisiensi
marginal pada kurve yang bersangkutan, dan akan berakhir pada tingkat
marginalnya sudah begitu rendah hingga mencapai tingkat bunga. Pada saat ini
imbalan jasa bagi investasi tidak melebihi tingkat bunga. Gerak menurunnya
efisiensi marginal pada suatu schedule
tertentu harus dilihat dalam kombinasi dengan bergesernya garis curve yang
bersangkutan.[3]
Beberapa
sebab yang mendorong adanya gerak efisiensi dari modal:
a. Perkiraan
dan/atau penilaian yangrealistis mengenai kebutuhan akan investasi modal dalam
proses pertumbuhan,
b. Perkiraan-perkiraan
spekulatif mengenai imbalan jasa yang diharapkan dimasa depan.[4]
Jika terjadi suatu keraguan atas salah
satu sisi maka optimism spekulatif akan berubah menjadi pesimisme. Ada pula
teori post Keynesian. Para ilmuwan yang memperdalam teori ini adalah mereka
yang mempunyaai semangat optimistis untuk memperluas jangkauan teori Keynes.
Pada dasarnya teori Keynes terbatas pada teori analisa jangka pendek. Teori
post Keynesian hendak memperluas system in menjadi output dan kesempatan kerja
dalam jangka panjang, yang menganalisa fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui
adanya perkembangan ekonomi jangka panjang.[5]
Harrod domar mengembangkan teori ekonomi
yang memiliki focus pada analisa persamaa, jika penduduk bertambah maka
pendapatan perkapita kaan berkurang kecuali pendapatan riil ikut bertambah,
serta bila ada investasi maka pendapatan riil haruslah ditambah agar tidak
terjadi idle capacity. Harrod-domar
menitik beratkan pada pernyataan bahwa akumulasi capital itu memiliki peranan
ganda yaitu menimbulkan pendapatan juga menaikkan kapasitas produksi dengan
cara memperbesar persediaan capital, perbedaannya dengan kaum klasik adalah kaum
klasik menitik beratkan pada kapasitas dari akumulasi capital, tetapi
menggunakan anggapan adanya cukup perminyaan.[6]
Jika pendapatan riil tidak berkembang dan tetap maka akan berakibat pada
investasi. Karena investasi merupakan pembentuk modal dan dapat menaikkan
kapasitas produksi, maka pembentukan alat capital baru akan memiliki beberapa
pengaruh;
a. Capital
yang baru tidak dapat digunaka, karena pendapatan tetap.
b. Capital
baru akan digunakan dengan biaya dari alat
capital yang ada sebelumnya,
c. Capital
baru akan menggantikan tenaga kerja.
Pembentukan capital jika tidak berbarengan dengan
kenaikan pendapatan maka akan membuat tidak terpakainya tenaga dan capital,
maka diperlukan kenaikan peendapatan untuk menghindari berlebihnya alat-alat
capital dan pengangguran tenaga kerja. Maka tujuan pengembangan teori ini
adalah untuk mempertahankan tingkat pengerjaan penuh dalam jangka waktu yang
lama, yaitu tingkat perkembangan pendapatan yang dibutuhkan untuk memelihara
pendapatan pada tingkat pengerjaan penuh.[7]
Harrod menyataka bahwa tabungan samadengan
investasi, maka hal ini berarti bahwa tabungan itu diinvestasikan. Melalui
persamaan GC = S.
G = tingkat pertumbuhan output atau perbandingan
antara naiknya income dan total income pada suatu waktu tertentu,
C = tambahan capital atau perbandingan atara
investasi dan kenaikan pendapatan,
S = saving, dinyatakan sebagai bagian dari income.
Maka tabungan bergantung pada tingkat pendapatan dan
ivestasi tergantung pada tingkat perkembangan pendapatan.[8]
Menurut harrod-domar investasi merupakan pusat persoalan dari tumbuhnya, sebab
teori ini akan menaikkan kapasitas produksi dalam perekonomian, selain itu
naiknya kapasitas produksi dapat menghasilkan output yeng lebih banyak, hingga
akan menimbukan banyaknya pengangguran. Perkembangan konjungtur juga dipandang
sebagai penyimpangan dari jalan perkembangan yang mantap dan dibatasi oleh full
employment ceiling dan investasi yang autonomous dan konsumsi minimum.
Sayangnya factor penting seperti hasrat menabung dan rasio capital-output dalam
teori ini dianggap tetap, padahal faktanya factor-faktor tersebut sangat mudah
berubah dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan merubah syarat yang
dibutuhkan untuk dapat mencapai ertumbuhan yang mantap.
[1] Djojohadikusumo,
sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (Jakarta:yayasan obor Indonesia,
1991), hal.299.
[2] Djojohadikusumo,
sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi (yayasan obor Indonesia, Jakarta:
1991),hal.300.
[3]
Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor
Indonesia, Jakarta: 1991), hal.300-301.
[4]
Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor
Indonesia, Jakarta: 1991).hal.301.
[5]
Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.50.
[6]
Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.51.
[7]
Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.52.
[8]
Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.58.
0 komentar
semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"