Setelah berakhirnya Perang Dingin dan Perang Dunia II, negara-negara jajahan banyak yang mencoba survive dan menggunakan system politik maupun ekonomi dengan mengikuti jejak maupun tidak sama sekali mengikuti jejak negara penjajahnya, namun tentu saja penjajah cukup memiliki andil dalam system politik dan ekonomi yang akan dianut oleh negara bekas jajahannya, hal ini disebabkan negara jajahan sedikit banyak belum begitu siap untuk benar-benar menegakkan tonggaknya. Teori ekonomi yang berkembang pada masa itu adalah teori Sosilisme dan Kapitalisme. Setelah masa kolonialisme berlangsung negara-negara bekas jajahan ada yang mengikuti sistim ekonomi kapitalis, sosialis, dan ada pula yang tidak menunjukkan perkembangan pada sistim ekonomi kapitalis dan percaya pada a third path of development atau dikenal juga dengan “kekuatan ketiga”. Istilah “dunia tiga” merujuk pada letak geografis yang terhampar di storm belt asia.
Eastlerly
sebagai salah seorang ilmuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi menyatakan
bahwa teori-teori pembangunan di dunia barat tidak dapat berfungsi dengan baik
di negara dunia tiga. Nurkse (1963), negara dunia tiga memiliki tingkat
pedapatan yang buruk, sehingga negara Dunia Tiga akhirnya tidak mampu
menyisihkan uang untuk tabungan sehingga pada akhirnya menyebabkan rendahnya
kapasitas pembentuk modal dan memiliki efisiensi yang rendah. Sedangankan
Michael P. Todaro menganggap negara-negara dunia ketiga memiliki sumber daya
yang rendah, kemiskinan, pertumbuhan penduduk yang tinggi, feodal, dan
cenderung maliteristik, pasar yang tidak sempurna, atau standar hidup yang
rendah (Todaro, 1998).
Harry
O. Shima (1989) menyebutkan bahwa ketimpangan yang terjadi didunia ketiga
karena kegagalan dunia ketiga dalam mempertahankan strategi industrialisasi
pada decade sebelumnya untuk menyebar keuntungan secara luas ke daerah
pedalaman dan ke lapisan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Artinya
pemerataan distribusi ekonomi dapat dicapai melalui adanya industrialisasi. Horris
cenery (1974) mengatakan tentang retribusi pembangunan dimana seharusnya “kue
pembangunan” pada masa awal diperbesar dan disesuaikan pada porsi masyarakat
sehingga didapatlah sebuah pemerataan ekonomi.
Berbeda
dengan para ilmuan sebelumnya, Goldrope menganggap bahwa ketimpangan ekonomi
yang terjadi pada “dunia tiga” adalah karena aktivitas ekonomi terpusat pada
kelompok tertentu membuat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi terhambat,
karena factor produksi dikuasai segelintir orang, ia meyakini industrialisasi
bukanlah satu-satunya jalan “dunia tiga” mencapai pemerataan ekonomi. Menurut
Harod- Donar menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebuah negara selalu dilihat
dengan kenaikan investasi dari negara tersebut teori pertumbuhan modern
menempatkan investasi dan modal pada posisi yang sangat vital dalam
peninggkatan pendapatan, kapasitas produksi dan employment. Menurut Harrod-
Donar masalah tabungan dan investasi rendah dapat diselesaikan dengan cara
ekspansi kredit bank dan penanaman modal otomatis dari keuntungan inflasioner,
di pasar modal.
Di
negara berkembang kebutuhan investasi akan jauh lebih tinggi dibandingkan
kebutuhan untuk menabung, sehingga diperlukan adanya campur tangan pemerintah
jika solusinya adalah ekspansi kredit perbankan dengan tingkat suku bunga
bersubsidi. Nurkse mengatakan bahwa dunia ketiga selalu menghadapi masalah
dalam pembentukan modal yang berakar dari rendahnya kemampuan untuk dapat
menabung dan keterbatasan pasar yang
menyebabkan insentif investasi begitu rendah.
Ia
memiliki model pembangunan berimbang yang digerakkan oleh seluruh penanam modal
pada semua sector sehingga terjadi perluasan pasar secara serentak dan
menyeluruh. Dalam teori yang dibuat Rostow pertumbuhan ekonomi dibagi menjadi
lima tingkatan, pertama adalah tahap tradisional, tahap pra kondisi menuju
lepas landas, tahap lepas landas, tahap dorongan menuju kedewasaan, dan tahap
konsumsi massa tinggi. Marx dan Rostow mengakui:
1. Perubahan
ekonomi membawa dampak pada struktur social, politik dan budaya;
2. Keuntungan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh adanya penguasaan atau hak milik pribadi dari
factor-faktor produksi oleh sekelompok orang;
3. Adanya
motif ekonomi dibalik formasi politik;
4. Akhir
dari peradaban masyarakat merupakan masyarakat yang sejahtera.
Banyak
pertentangan mengenai efektifitas teori ekonomi barat yang diterapkan pada
dunia ketiga, pasalnya doktrin-doktrin ide yang sangat eropa sentry tersebut
faktanya tidak membawa dampak apapun dalam perekonomian dunia tiga. Pemikiran
pembangunan ekonomi barat mengasumsikan bahwa pergerakan masyarakat selalu
mengalami pola-pola yang sama. Faktanya dalam dunia ketiga teori-teori tersebut
tidaklah dapat digunakan dalam kondisi social politik pada negara dunia ketiga.
Fakta lain menunjukkan bahwasanya ternyata dalam “dunia ketiga” kapitalisme dan
feodalisme dapat berjalan beriringan dan menghasilkan pola simbiotik antara
keduanya.
dikutip dari Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN (kajian ekonomi negara berkembang). hal: 181-186
Judul Buku : The Elusive Quest for Growth
Penulis : William Easterly
Penerbit : MIT Press, 2002 Cambridge, Massahusetts, London, England
0 komentar
semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"