Mengenal Bahan Bakar Gas, Menyusul Rencana Pemerintah Mengekonversi Bahan Bakar Minyak menuju Bahan Bakar Gas
- May 30, 2012
- By jendela eva
- 0 Comments
Pernah denger pemerintah mau mengkonversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) gak? menurut gue sih cukup menarik buat dibahas. Tahun 2014 ini kabarnya jadi puncak target pemerintah buat mengkonversi BBM ke BBG secara keseluruhan.
Oh ya, ide konversi BBM ke BBG sendiri dicanangkan sama Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih dikenal dengan SBY.
Katanya sih larangan penggunaan bersubsidi bagi kendaraan pemrintah itu gak berpengaruh banyak terhadap penghematan, soalnya dana APBN untuk subsidi BBM paska peraturan tersebut diluncurkan tetep aja membengkak.
Tahun ini (2014) juga dianggap waktu yang ideal buat melakukan konversi BBM ke BBG secara menyeluruh. Harga BBM kemarin udah bikin siklur ekonomi di Indonesia jadi labil.
Oh ya, ide konversi BBM ke BBG sendiri dicanangkan sama Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih dikenal dengan SBY.
Katanya sih larangan penggunaan bersubsidi bagi kendaraan pemrintah itu gak berpengaruh banyak terhadap penghematan, soalnya dana APBN untuk subsidi BBM paska peraturan tersebut diluncurkan tetep aja membengkak.
Tahun ini (2014) juga dianggap waktu yang ideal buat melakukan konversi BBM ke BBG secara menyeluruh. Harga BBM kemarin udah bikin siklur ekonomi di Indonesia jadi labil.
Salah satu factor yang menjadi
dasar bagi pemerintah untuk mengkonversi BBM menjadi BBG konversi adalah Bahan
Bakar Minyak (BBM) diperkirakan akan musnah pada abad ini. Namun, ladang gas
alam dikatakan cukup memiliki pasokan sampai abad berikutnya. Karena itu BBG di
masa mendatang memiliki pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan atas bahan
bakar baik dalam negeri. Hargauntuk bahan bakar gas juga dianggap lebih
murah dibandingkan dengan BBM. Selain itu Bahan Bakar Gas (BBG) dianggap lebih
ramah lingkungan dibanding dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya
lebih ramah lingkungan.
Rencana ini tentu saja disertai
dengan rencana atas tindakan-tindakan yang memudahkan agar konversi dapat BBM
ke BBG menjadi mudah, pemerintah diantaranya sudah menyiapkan 15 ribu
konverter kit gratis kepada angkutan umum secara bertahap. SBY juga menyatakan
akan membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai infrasturktur
utama kendaraan BBG. Sementara ini, pembagian converter gas masih
terbatas pada angkutan umum. Namun seperti yang dikutip dari harian kompas
(30/5/2012), bagi kendaraan pribadi yang ingin mengkonversi kendaraannya agar
dapat menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dapat menyambangi Autogas Indonesia,
karena mereka telah menyediakan converter Bahan Bakar Gas (BBG) yang dapat
langsung dipasangkan di mobil.
Konversi BBM menuju BBG ternyata menimbulkan komentar yang beragam. Demikian
komentar dari salah seorang warga,“Apa
dengan mengkonversi BBM menuju BBG tidak berbahaya bagi lingkungan? Melihat dari
banyaknya kejadian meledaknya gas LPG selama ini? Tidakkah hal ini akan
menjadikan transportasi menjadi lebih rawan?”. Komentar seperti ini sangat
wajar didengar mengingat bahwa pemerintah sendiri kurang sosialisasi mengenai
cara penggunaan dan perlakuan pada Bahan Bakar Gas (BBG) serta resiko dari
penggunaan BBG itu sendiri.
Pada dasarnya gas alam terkonversi (Compressed natural gas, CNG) atau yang dikenal
sebagai Bahan Bakar Gas (BBG) ini merupakan bahan bakar alternative yang
berbeda dari LPG. Seperti yang telah dijelaskan oleh PT SCT bahwa keduanya
memiliki perbedaan, diantaranya:
1. CNG pada dasarnya terdiri dari metana
sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya.
2. Perbedaan penting lain dari sudut
pandang fisik adalah bahwa CNG tidak mencair di bawah tekanan tinggi - dan akan
tetap menjadi bentuk gas, kecuali didinginkan setidaknya - 164 ° C. LPG, di
sisi lain akan menjadi cair bila ditekan atau saat didinginkan (karena itu Nama
"Liquefied Petroleum Gas").
3.
CNG secara langsung berasal dari daerah gas. Satu-satunya proses yang
kadang-kadang perlu dilakukan, adalah menyaring gas terlebih dahulu. Tapi
biasanya, gas dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar setelah proses
kompresi. Namun bagaimanapun juga, LPG, adalah produk buatan. Ini adalah campuran dari
beberapa gas yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, gas-gas ini perlu
dicampur, sebelum mereka dapat digunakan sebagai bahan bakar.
4. CNG memiliki bagian besar dari
Hidrogen dan karena itu lebih ringan daripada udara (atribut ini sebenarnya
membuat CNG sangat aman: sekali ada kebocoran dalam sistem, gas hanya akan
dilepas ke atmosfer). LPG di sisi lain, adalah dua kali lebih berat seperti
udara. Gas ini biasanya merupakan produk- hasilan yang menumpuk dari pengeboran
minyak serta penyempurnaan minyak.
CNG sendiri bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia, pada tahun 1986
pemerintah sudah mencanangkan penggunaan CNG untuk menghemat energy dan demi
kebersihan lingkungan, disamping memang harganya yang relative lebih murah
dibandingkan BBM. Bagaimanapun program BBG yang dicanangkan pemerintah 20 tahun
lalu tidak memiliki perkembangan yang memuaskan. Hal ini dikarenakan kekhawatiran
dan opini yang berkembang dimasyarakat bahwa BBG merupakan bahan bakar yang
cukup membahayakan.
BP MIGAS mengatakan bahwa, seharusnya pemerintah mengadakan study
banding ke negara yang sudah berhasil menggunakan BBG karena program
implementasi BBG di negara lain yang telah berhasil akan menjadi panduan yang
berguna dalam implementasi penggunaan BBG dalam negeri. Program penggunaan BBG
seyogyanya dilakukan pemerintah secara terencana, konsisten, dan bersifat continue agar keberhasilan penerapan BBG dapat diukur dan dievaluasi untuk
selanjutnya dikembangkan kearah yang lebih baik.
0 komentar
semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"