Mengenal Bahan Bakar Gas, Menyusul Rencana Pemerintah Mengekonversi Bahan Bakar Minyak menuju Bahan Bakar Gas



Pernah denger pemerintah mau mengkonversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) gak? menurut gue sih cukup menarik buat dibahas. Tahun 2014 ini kabarnya jadi puncak target pemerintah buat mengkonversi BBM ke BBG secara keseluruhan.

Oh ya, ide konversi BBM ke BBG sendiri dicanangkan sama Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih dikenal dengan SBY.

Katanya sih larangan penggunaan bersubsidi bagi kendaraan pemrintah itu gak berpengaruh banyak terhadap penghematan, soalnya dana APBN untuk subsidi BBM paska peraturan tersebut diluncurkan tetep aja membengkak.

Tahun ini (2014) juga dianggap waktu yang ideal buat melakukan konversi BBM ke BBG secara menyeluruh. Harga BBM kemarin udah bikin siklur ekonomi di Indonesia jadi labil. 


 Salah satu factor yang menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengkonversi BBM menjadi BBG konversi adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan akan musnah pada abad ini. Namun, ladang gas alam dikatakan cukup memiliki pasokan sampai abad berikutnya. Karena itu BBG di masa mendatang memiliki pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan atas bahan bakar baik dalam negeri. Hargauntuk bahan bakar gas juga dianggap lebih murah dibandingkan dengan BBM. Selain itu Bahan Bakar Gas (BBG) dianggap lebih ramah lingkungan dibanding dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya lebih ramah lingkungan.

 Rencana ini tentu saja disertai dengan rencana atas tindakan-tindakan yang memudahkan agar konversi dapat BBM ke BBG menjadi mudah, pemerintah diantaranya sudah menyiapkan  15 ribu konverter kit gratis kepada angkutan umum secara bertahap. SBY juga menyatakan akan membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai infrasturktur utama kendaraan BBG. Sementara ini, pembagian converter gas masih terbatas pada angkutan umum. Namun seperti yang dikutip dari harian kompas (30/5/2012), bagi kendaraan pribadi yang ingin mengkonversi kendaraannya agar dapat menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dapat menyambangi Autogas Indonesia, karena mereka telah menyediakan converter Bahan Bakar Gas (BBG) yang dapat langsung dipasangkan di mobil.

Konversi BBM menuju BBG ternyata menimbulkan komentar yang beragam. Demikian komentar dari salah seorang warga,“Apa dengan mengkonversi BBM menuju BBG tidak berbahaya bagi lingkungan? Melihat dari banyaknya kejadian meledaknya gas LPG selama ini? Tidakkah hal ini akan menjadikan transportasi menjadi lebih rawan?”. Komentar seperti ini sangat wajar didengar mengingat bahwa pemerintah sendiri kurang sosialisasi mengenai cara penggunaan dan perlakuan pada Bahan Bakar Gas (BBG) serta resiko dari penggunaan BBG itu sendiri.

Pada dasarnya gas alam terkonversi (Compressed  natural gas, CNG) atau yang dikenal sebagai Bahan Bakar Gas (BBG) ini merupakan bahan bakar alternative yang berbeda dari LPG. Seperti yang telah dijelaskan oleh PT SCT bahwa keduanya memiliki perbedaan, diantaranya:

1.      CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. 

2.      Perbedaan penting lain dari sudut pandang fisik adalah bahwa CNG tidak mencair di bawah tekanan tinggi - dan akan tetap menjadi bentuk gas, kecuali didinginkan setidaknya - 164 ° C. LPG, di sisi lain akan menjadi cair bila ditekan atau saat didinginkan (karena itu Nama "Liquefied Petroleum Gas"). 


3.      CNG secara langsung berasal dari daerah gas. Satu-satunya proses yang kadang-kadang perlu dilakukan, adalah menyaring gas terlebih dahulu. Tapi biasanya, gas dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar setelah proses kompresi. Namun bagaimanapun juga, LPG, adalah produk buatan. Ini adalah campuran dari beberapa gas yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, gas-gas ini perlu dicampur, sebelum mereka dapat digunakan sebagai bahan bakar. 

4.      CNG memiliki bagian besar dari Hidrogen dan karena itu lebih ringan daripada udara (atribut ini sebenarnya membuat CNG sangat aman: sekali ada kebocoran dalam sistem, gas hanya akan dilepas ke atmosfer). LPG di sisi lain, adalah dua kali lebih berat seperti udara. Gas ini biasanya merupakan produk- hasilan yang menumpuk dari pengeboran minyak serta penyempurnaan minyak.

CNG sendiri bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia, pada tahun 1986 pemerintah sudah mencanangkan penggunaan CNG untuk menghemat energy dan demi kebersihan lingkungan, disamping memang harganya yang relative lebih murah dibandingkan BBM. Bagaimanapun program BBG yang dicanangkan pemerintah 20 tahun lalu tidak memiliki perkembangan yang memuaskan. Hal ini dikarenakan kekhawatiran dan opini yang berkembang dimasyarakat bahwa BBG merupakan bahan bakar yang cukup membahayakan.
BP MIGAS mengatakan bahwa, seharusnya pemerintah mengadakan study banding ke negara yang sudah berhasil menggunakan BBG karena program implementasi BBG di negara lain yang telah berhasil akan menjadi panduan yang berguna dalam implementasi penggunaan BBG dalam negeri. Program penggunaan BBG seyogyanya dilakukan pemerintah secara terencana, konsisten, dan bersifat continue  agar keberhasilan penerapan BBG dapat diukur dan dievaluasi untuk selanjutnya dikembangkan kearah yang lebih baik. 






You Might Also Like

0 komentar

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"