ULASAN KISAH DUA KOTA (TALE OF TWO CITIES) CHARLES DICKENS

Ulasan kisah dua kota (Tale of Two Cities) - Charles Dickens. Pict and font credit to: Canva.

Kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan, atau kematian. Wahai Guillotine, rupanya kematianlah yang paling mudah terwujud. - Tale of Two Cities

Saat menuliskan ulasan buku Tale of Two Cities ini, Jeda sengaja tidak membaca ulasan orang lain terlebih dahulu. Untuk apa? uhm supaya opini Jeda soal novel tidak terpengaruh sama hal lain dulu.

Buku ini sangat detil dalam menggambarkan sesuatu, terutama saat menggambarkan kekejaman pemerintahan pra-revolusi Prancis dan rakyatnya pada saat revolusi Prancis, yang sampai saat ini bikin Jeda merinding dan mual. 

Sebelumnya, buku ini dikenal sebagai karya sastra klasik dan termasuk dalam novel terlaris sepanjang masa. Novel ini menceritakan kisah dua kota, yaitu Inggris dan Prancis. Menurut Jeda, ada hal menarik disini, daripada menggunakan kata "negara" atau "negeri", Charles Dicken memilih kata "kota". 

Mungkin alasannya karena novel ini berlatar belakang pra-revolusi Prancis, yang artinya terjadi pada tahun 1789-1799. Pada saat itu konsep negara bangsa belum terbentuk, ingat yang belum terbentuk adalah konsepnya, praktiknya mungkin sudah atau sedang terbentuk.

Ulasan Kisah Dua Kota (Tale of Two Cities) karya Charles Dicken


Ada dua tokoh kunci disini, Mr. Lorry dan Charles Darnay. Mr. Lorry adalah pegawai Bank Tellson di Inggris dan Darnay adalah keponakan salah satu aristokrat Prancis bernama Marques Evermonde. Mr. Lorry berperan penting dalam membantu memindahkan Alexandre Manette, seorang Dokter Bedah terkenal yang baru dibebaskan setelah 18 tahun dikurung di penjara Bastille di Prancis, yang sekaligus merupakan nasabah di Bank Tellson. Jadi paham kan kenapa Mr. Lorry bantu Dokter Manette? yep, karena Dokter Manette adalah nasabahnya walau pada akhirnya mereka bersahabat.

Long story short, Dokter Manette memiliki seorang putri yang cantik bernama Lucie Manette, yang pada akhirnya menikah dengan Charles Darnay. Paman Charles Darnay ini yang menjebloskan Dokter Manette ke penjara Bastille. No, nggak kaya sinetron, walau Dokter Manette tau siapa yang akan dinikahi putrinya, Dokter Manette tetap merestui mereka, selayaknya sikap orang baik budi dan bermartabat. 

Pada masa itu, seorang aristokrat, dengan kekuasaannya mampu mengurung seseorang ke Penjara, bahkan jika itu alasan yang dibuat-buat. Kalau diceritakan kenapa kok Marques bisa kenal Dokter Manette dan menjebloskan Si Dokter ke penjara, ceritanya panjang banget, kalian baca sendiri aja lah ya. 

Gambaran mengenai hukuman favorit pada masa pra dan saat revolusi Prancis adalah Guillotine. Saat itu, setiap kali ada warga yang dipenggal akan menjadi tontonan warga lainnya. Menariknya, hukuman tersebut tidak membuat rakyat Prancis makin taat pada hukum, namun tindak kriminalitas justru meningkat.


Sekarang kita lompat ke tokoh Marques Evermonde, Paman Charles Darnay, dan keadaan Prancis pada saat itu. 

Marques, seperti halnya aristokrat lain di Prancis, terkenal akan kekejamannya terutama dalam mengeksploitasi rakyat. 

Disebutkan bahwa, pada saat itu, aristokrat sering sekali terlihat berburu, entah berburu hewan atau rakyat jelata. Tanah-tanah dibiarkan tandus agar arena perburuan semakin menyenangkan. Rakyat yang miskin dibiarkan bertani, membayar berbagai jenis pajak, dan mati kelaparan. Mereka juga lebih terganggu dengan kematian anjing dan kuda peliharannya daripada kematian rakyat. Sesuai dengan kalimat pembukaan Charles Dicken pada bukunya:

Inilah masa terbaik, sekaligus masa terburuk. Zaman kebijaksanaan, juga zaman kebodohan. Zaman iman, sekaligus zaman keragu-raguan. Musim terang, sekaligus musim kegelapan. Musim saat pengharapan bersemi, tetapi juga musim keputusasaan yang dingin. Di hadapan kita, segala sesuatunya terbentang. Di hadapan kita pula, kehampaan membayang. Kita semua akan langsung diangkat ke surga, atau akan berbondong-bondong ke arah sebaliknya. Singkat kata, masa itu begitu mirip dengan masa sekarang. Para ahli pada masa itu hanya melukiskan keadaan, yang baik maupun yang buruk, dari kedua sisi yang sangat berlawanan. 


Mr. Lorry dan Charles Darnay, Dua Tokoh Kunci

Sebelumya, Jeda mau memberi tahu, yang ditulis disini murni sudut pandang Jeda terhadap tokoh dan isi cerita, jadi nggak akan nyenggol dari sudut pandang sastra dan nggak pakai pakem sastra karena memang bukan bidang Jeda.

Seperti yang dikatakan diatas, disini ada dua tokoh kunci bernama Mr. Lorry dan Charles Darnay. Jeda lebih suka mereka disebut tokoh kunci daripada tokoh utama, karena perannya dalam cerita nggak begitu signifikan, tapi jika tokoh ini tidak ada, maka ceritanya ini secara keseluruhan tidak akan ada. Sebagaimana peran Pangeran dalam kisah Putri Tidur.

Di awal cerita, Mr. Lorry ini fungsinya sebagai tokoh kunci yang menghubungkan Dr. Manette dan anaknya dengan Charles Darnay.

Sedangkan tokoh Darnay, yang merasa harus ke Prancis untuk menyelamatkan hidup pesuruhnya yang dipenjara karena revolusi Prancis dimulai, berfungsi sebagai "pintu" untuk melihat kondisi Prancis dan menggambarkan betapa mencekamnya situasi saat itu.

Kalau boleh jujur, Jeda nggak terlalu suka sama tokoh semacam Darnay yang naif dan tidak peka dalam membaca situasi. He put the whole f**king family in danger, he did nothing other than being jailed. Tapi ya gimana, jika tokoh ini nggak ada, kita nggak akan bisa lihat habisnya kesabaran rakyat Prancis terhadap para aristokratnya dan kekejaman mereka, terlebih, kita nggak akan bisa melihat kedalaman cinta Sydney terhadap Lucie, istri Darnay, yang rela menghadapi guillotine menggantikan Darnay supaya Lucie tetap bisa bahagia bersama keluarga kecilnya yang utuh. 

This novel is frustating. Sebagaimana yang dirasakan tokoh Darnay yang nggak berdaya sepanjang pertengahan cerita sampai akhir, sebagai pembaca, Jeda juga merasakan hal yang sama, dari awal bahkan. Semuanya serasa kacau, sulit untuk diperbaiki, bahkanpun bisa, apakah luka itu bisa sembuh? Nyatanya hingga saat ini revolusi Prancis menjadi luka baik bagi Prancis dan Eropa secara keseluruhan. 

By the way, ada satu bab pada buku ini yang menarik dan sangat ingin Jeda bahas dalam artikel tersendiri, yaitu Bab 7, mengenai paduka di kota. Next time deh ya! Terima kasih sudah membaca, kalian keren. 

 



 

You Might Also Like

0 komentar

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"