SHARING PENGALAMAN KE PSIKOLOG! Bagian 2

sharing pengalaman ke psikolog
Pict credit to Bradley University Online

Thread ini sudah ada dari tahun 2018 dan mengendap di draft, tapi hari ini di-unggah aja lah ya. 

Melanjutkan obrolan di postingan sebelumnya, singkat cerita waktu itu akhirnya mulai cari tahu tentang konseling dengan bermodalkan internet dan info dari teman. 

Ada beberapa opsi, pertama kalian bisa pakai BPJS dan gratis. Kedua, pakai jasa psikolog privat buat gambaran biasanya minimal 300.000-350.000 per sesi (satu sesi 90 menit), makin tinggi jam terbang psikolog makin mahal biaya konselingnya. Ketiga, pakai jasa psikolog atau psikiater lewat aplikasi seperti Alodoc, Halodoc, dan sebagainya. 

Sedikit info kalau mau pakai BPJS kalian bisa datang ke faskes pertama yang terdaftar di kartu terus bilang keluhan kalian ke dokternya dan minta dirujuk ke psikolog atau psikiater, ini harusnya gratis dan ditanggung BPJS. 

Atau di daerah tertentu kalian bisa ke puskesmas tanpa BPJS dengan biaya konseling yang sangat terjangkau, kaya di daerah Jabodetabek misalnya. 

Jeda sendiri pilih layanan konseling dari kampus karena ternyata mereka punya layanan semacam itu, tinggal buat janji dan nunggu jadwal konseling.

Apa Saja yang Dilakukan Saat Konseling?

Sebelum mencari tahu soal konseling, kupikir satu kali konseling cukup dan isinya cuma cerita terus hipnosis supaya lupa sama hal yang bikin depresi dan selesai (konyol emang), tapi ternyata setiap orang butuh sesi konseling yang berbeda-beda tergantung kondisi kita. Waktunya bisa jadi dua minggu sekali, sebulan sekali, atau saat keadaan lebih baik jadi mundur dua bulan sekali.

Sebetulnya berat untuk memutuskan konseling atau enggak, berat juga untuk ngasih tahu orang yang sama sekali nggak kita kenal soal masalah paling besar dalam hidup kita, jangankan cerita bahkan berat untuk mengingat kejadian yang ngedorong kita sampai pada kondisi saat ini.

Sampai dikondisi dimana terlalu sakit untuk berjuang dan terlalu berat untuk nyerah. Yep, BERAT UNTUK NYERAH, itu yang selalu Jeda tekankan dan selalu diingat. Bayangin aja selama ini udah susah payah berjuang terus harus nyerah? No.. no.. 

Di dunia minimal ada satu orang yang peduli banget sama kita. Misalnya orang tua, saudara, om dan tante, kakek atau nenek, sahabat, atau mungkin tetangga. Jadi selalu ingat mereka yang peduli. 

Kadang, saat kondisi terpuruk, kita terlalu fokus sama keadaan atau kondisi yang bikin terpuruk dan jadi nggak sadar bahwa ada manusia-manusia lain yang perhatian, bahwa ada kondisi tertentu yang simpel tapi mampu bikin kita senyum. 

Ini ada lagu buat kita yang lagi berjuang..


Yang patah.. tumbuh, yang hilang.. berganti, yang hancur lebur.. akan terobati.

Oke.. singkat cerita, akhirnya pergilah ke psikolog. Pertama kita akan dikasih form untuk diisi, ya isinya seputar identitas kita dan keluarga plus masalah apa yang sedang kita hadapi. Setelah itu baru masuk sesi konseling yaitu kita cerita dan psikolognya akan ngasih respon, serta biasanya diakhir akan diterapi. 

Setiap konseling kita harus selalu cerita soal masalah yang selama ini membuat kita depresi. Sama kaya berobat, setiap kali waktu konseling bakal berasa berat. Berat banget untuk mengingat lagi hal yang bikin kita depresi, berat banget untuk menceritakan ulang, dan sakit. Kaya ada batu yang ngeganjel ditenggorokan setiap mau menceritakan lagi masalah kita. 

Tapi ajaibnya, semakin sering cerita, semakin ringan rasanya. Dalam kasus Jeda, setiap kali sesi akan selalu ditanya gimana perasaannya hari ini, kegiatannya selama seminggu ini apa aja, apakah ada kejadian yang perlu diceritakan terkait masalah kita?

Kan biasanya masalah itu kontinu ya, misal masalahnya karena teman suka body shaming akhirnya kita nggak percaya diri atau pasangan yang toxic. Nanti ditanya, apakah kamu masih ada dalam kondisi yang sama atau sebagainya. 

Semacam itulah.. 

Oh ya, dalam beberapa kasus orang akan lupa sama detil tentang apa yang bikin dia depresi, karena memang itu adalah salah satu coping stress atau perlindungan diri supaya kondisi kita ga lebih buruk dari ini. Tapi bakal ingat sama inti masalah terutama perasaan pada saat kejadian, yang bikin trauma ini berlangsung. 

Jadi kalau ada teman dekat atau keluarga kalian yang punya kasus serupa kaya gitu, jangan dulu dianggap bohong. 

Buat kalian yang ngerasa ragu untuk pergi ke psikolog/psikiater, bisa coba untuk konseling online dulu, itu membantu banget kok. Jangan nyerah ya, semoga semuanya segera membaik. 

You Might Also Like

0 komentar

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"