PECI, KORUPSI, DAN PERSEPSI

Peci, korupsi, dan persepsi. Foto ilustrasi peci diambil dari situs Liputan6.com 
Dress how you want to be adressed - By Tey-ah

Kali ini kita bahas peci, korupsi, dan persepsi yuk. Ada yang tahu nggak kenapa kali ini topik tersebut dipilih untuk dibahas?

Saat ini kan lagi heboh pembahasan tentang pencabutan UU KPK, kemudian jadi teringat sesuatu yang sudah lama ingin coba dibahas, yaitu pertanyaan soal mengapa mereka yang menjadi tersangka bukan hanya tindak pidana korupsi tetapi juga lainnya, punya kecenderungan menggunakan peci saat pemeriksaan.

Dulu coba bahas dengan judul politik peci, tapi hanya membusuk di draft. Kemarin iseng berselancar di google, ternyata kumparan sudah bahas dengan judul Peci dan Korupsi dan akhirnya memutuskan untuk tetap melanjutkan membahas versi Jendela Eva karena memiliki point of view yang berbeda.

Disini akan lebih dibahas bagaimana pakaian, aksesoris, dan penampilan seseorang akan berpengaruh pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Udah siap? Baca sampai habis ya..

Sejarah Peci: Bukan Hanya Identitas Islam Tetapi Juga Menjadi Identitas Lelaki Indonesia

Bagi orang Indonesia, peci bukan cuma untuk salat di masjid saja. Lebih dari itu, peci juga bagian dari sejarah Indonesia, yang dipakai para pejuang dan pendiri Republik Indonesia. - oleh Petrik Matanasi

Dalam acara resmi kenegaraan, pelantikan jabatan, bahkan acara 17 Agustusan kalau kita perhatikan bisa dipastikan para pejabat bersangkutan selalu mengenakan peci. Dilansir dari Tirto.id dalam postingannya, Filosofi Peci, Ridwan kamil mengatakan, "Bung karno menyatakan peci adalah identitas laki-laki Indonesia... ."

Dilansir dari laman yang sama, Peci sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke XIII setelah sebelumnya dibawa dan dipopulerkan oleh pedagang arab. Saat itu peci merupakan barang yang hype dan digunakan oleh banyak orang tidak peduli bercelana panjang atau pendek, bangsawan atau rakyat jelata.

Perlu dua belas abad sampai akhirnya pada abad ke XX orang islam beramai-ramai pakai peci, kemudian dalam perjalanannya peci dianggap sebagai bagian dari identitas islam. Itulah kenapa peci lebih dikenal sebagai identitas islam, tapii.. pada praktiknya nggak cuma orang islam yang pakai peci makanya peci disebut merupakan bagian dari sejarah Indonesia. Yuk baca lebih lanjut..


Ilustrasi penggunaan peci pada jaman sebelum kemerdekaan. Pict credit to nasional tempo.

Sejak tahun 1905 sebetulnya peci dianggap sebagai budaya Indonesia sehingga tidak peduli kristen atau islam, banyak laki-laki di Indonesia yang menggunakan peci. Pada perkembangannya, para pendiri Republik Indonesia seperti Soekarno, Cokroaminoto, dan Agus Salim kita ketahui sering sekali terlihat mengenakan peci. Bahkan nih, Dowes Dekker seorang pahlawan keturunan belanda pada masa tuanya juga berpeci.

Baru pada tahun 1950-an peci mulai jarang digunakan oleh anak muda dan hanya digunakan oleh orang tua atau tokoh masyarakat yang masih senang menggunakan peci sedangkan anak muda hanya menggunakannya saat pergi ke masjid.

Mungkin latar belakang bahwa peci dibawah oleh pedagang arab ke Indonesia sampai akhirnya hanya digunakan pemuda untuk berangkat ke masjid inilah yang akhirnya membuat peci lebih dikenal sebagai identitas muslim daripada identitas Indonesia itu sendiri.

Peci, Korupsi, dan Persepsi: Bagaimana Peci Membentuk Persepsi Tersangka Kasus Korupsi

Littrell dan Berger, pada jurnalnya yang berjudul preciever's occupation and clients grooming: influence on person perception, menjelaskan bahwa pakaian seseorang merupakan penghubung antara tubuhnya dengan dunia luar.

Littrell dan Berger kemudian menyampaikan lebih lanjut bahwa pakaian juga tidak hanya memberikan informasi tentang bagaimana si pengguna dan bagaimana ia ingin dilihat, lebih dari itu cara berpakaian berpengaruh terhadap bagaimana si pengguna "dibaca" oleh orang lain. Dengan kata lain, cara berpakaian mempengaruhi persepsi orang terhadap si pengguna.

The clothes you wear does not change who you are. It only change people's perception based on judgemental views and opinions - by Shubhangi Agarwal

Penelitian tentang bagaimana pakaian bisa mempengaruhi persepsi orang lain terhadap si pengguna telah banyak dilakukan, tapi Jendela Eva belum menemukan penelitian yang khususnya melihat apakah menggunakan peci mempengaruhi persepsi orang lain terhadap si pengguna.

Oleh karena itu, kemarin Jendela Eva membuat eksperimen kecil untuk melihat apakah peci mempengaruhi persepsi seseorang terhadap si pengguna. Kami memberikan dua foto berbeda di waktu yang berbeda, yang pertama adalah foto seseorang sedang mengenakan batik dan peci dan foto kedua adalah foto orang yang sama sedang mengenakan kemeja dan peci, juga rompi oranye saat diselidiki KPK.

Pada foto pertama, dengan asumsi responden tidak mengetahui siapa orang dalam foto tersebut, 4 dari 5 orang responden berpendapat bahwa orang pada foto pertama mungkin saja orang yang bertanggung jawab, baik, dan amanah. Satu responden menjawab memiliki impresi yang buruk terhadap orang pada foto pertama karena mengetahui statusnya sebagai tersangka korupsi.

Tanggapan responden pada foto kedua lebih variatif dan menarik. Setelah mengetahui bahwa orang yang ada di foto pertama adalah tersangka kasus korupsi. Dua orang responden merasa biasa saja. Satu orang responden berubah persepsi dari baik menjadi buruk. Satu orang bertahan pada persepsi awal. Satu orang lainnya merasa optimis bahwa orang yang ada dalam foto dapat memperbaiki kesalahannya dimasa mendatang dan menjadi orang yang lebih berguna.

Gambar ilustrasi korupsi. Pict credit to lifeinua.info

Waktu dapat tanggapan terhadap foto kedua agak kaget, tapi menarik. Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang menyebabkan satu responden begitu optimis dan lainnya skeptis atau bahkan memiliki penilaian yang buruk terhadap foto kedua? Apakah karena pakaian dan peci yang ia kenakan atau karena hal lain?

Peci sebagai identitas laki-laki indonesia punya sejarah panjang, yang awalnya dianggap sebagai tutup kepala biasa, kemudian mulai digunakan oleh para pembentuk Republik Indonesia, kemudian karena pergeseran trend peci akhirnya jarang digunakan oleh pemuda kecuali untuk beribadah dan kebanyakan digunakan oleh para sesepuh/orang yang dihormati, dan akhirnya peci jadi "atribut" penting dalam berbagai kegiatan kenegaraan.

Dari sejarahnya, kita bisa melihat bahwa sejak saat masuk ke Indonesia pengguna peci memang terus berubah dan secara alami membentuk pola kontruksi persepsi tentang bagaimana peci dapat membuat pengguna terlihat lebih berwibawa, terhormat, dan bahkan mungkin lebih tampan karena memang sejak masa perjuangan RI, penggunaan peci memang sangat lekat dengan nilai-nilai tersebut.

Seperti kita ketahui bahwa pakaian adalah alat berkomunikasi, pertanyaan penting selanjutnya adalah kenapa peci tetap digunakan pada saat penyidikan oleh para tersangka kasus korupsi, apa sebetulnya pesan yang ingin disampaikan koruptor melalui penggunaan peci?

But then, as a reminder, loving fashion is not a crime, corruption is.. - by Jendela Eva

Barangkali ada yang ingin dan sedang meneliti tentang hal tersebut, hasil penelitiannya boleh dibagi kepada kami. Maunya hahaha...

Nah, gimana tanggapan kalian? apakah cara berpakaian seseorang mempengaruhi persepsi kamu terhadap orang tersebut dan apakah penggunaan peci oleh para tersangka kasus korupsi merubah persepsimu terhadap pengguna? Yuk beri tanggapan di kolom komentar.

You Might Also Like

8 komentar

  1. Jika menilik zaman sekarang, orang lebih cenderung membanggakan atribut, label, gelar, simbol dripda akhlak, seperti halnya peci yg saat ini lebih menjurus lengket dengan islam. jadi bila kita memakai peci, bagi sebagian orang bisa saja itu cara mereka menilai akhlak atau bahkan tingkat keislamannya. Kemungkinan yaa bisa merubah persepsi sih mbak, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Poinnya yang disampaikan Menarik sekali.

      Ternyata sebegitu besar efek cara berpakaian dalam membentuk persepsi. Barang-barang yang punya "nilai" lebih dan dianggap sebagai identitas agama ternyata seringkali orang lain gunakan untuk menilai ketaatan seseorang.

      Terimakasih sudah menambah insight baru bagi Jendela Eva dan pembaca lainnya!

      Delete
  2. Apakah koruptor merasa Kerakusannya tertutupi jika memakai peci? APAYANG ada di dalam otak mereka sehingga ditutupi pake Peci?? Jawab Min.. Btw Nice Post Min.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, terimakasih telah mengaktifkan mode:

      "kamu tanya, admin jawab."

      Jawaban untuk pertanyaan diatas adalah, secara teknis di otaknya terdapat sel-sel otak tentunya.

      Terimakasih sudah berkunjung, memberikan tanggapan, dan bertanya.

      Delete
  3. Koruptor tetap koruptor! Tidak ada pengecualian aksesoris peci :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menarik.

      Mengutip jawaban salah satu responden, "kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya."

      Betul begitu Mbak Kukus?

      Terimakasih sudah berbagi opini.

      Delete
  4. panjang banget ulasannya, udah pake lebar kali tinggi pula :D Hahaa btw thanks lah opinionnya

    ReplyDelete
  5. Mungkin biar kepala tetap dingin.. pake peci biar seperti lagi sholat, bersih pikiran, tidak macam2 hehe

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"