ERA ARTIFICIAL INTELLIGENCE: PELUANG DAN TANTANGAN

Era artificial intelligence (pict credit to The Irish Time) 
Everything we love about civilization is a product of intelligence, so amplifying our human intelligence with artificial intelligence has the potential of helping civilization flourish like never before – as long as we manage to keep the technology beneficial. 

Mag Tegmark - President of the Future Life Institute
Apa itu artificial intelligence atau yang biasa kita sebut AI? Yup, AI adalah kecerdasan buatan dimana sistem komputer diatur sedemikian rupa hingga dapat menggantikan tugas atau pekerjaan manusia.

Belakangan ini banyak perdebatan mengenai dampak negatif AI, tapi kita bagi aja menjadi 3 isu besar yaitu job loss, penyalahgunaan untuk tindak kriminal, dan etik. Dari ketiga isu tersebut yang paling dekat dengan kita adalah mengenai job loss. 

Pernah denger isu translator dibeberapa tahun mendatang akan kehilangan pekerjaan karena sebuah software nggak? Bukan cuma itu, nantinya mungkin kita ga perlu SIM lagi karena mode mengemudi otomatis sudah bisa dijangkau semua orang. Ajaib kan?

Walaupun banyak yang berpendapat bahwa AI disisi lain juga menjadi pendorong job creation, sebagai pencari kerja dan pekerja aktif kita harus mempersiapkan diri dengan baik menghadapi dunia yang semakin modern. Kita perlu tau pekerjaan macam apa yang akan dibutuhkan dimasa depan.

Dilansir dari laman Forbes, perkembangan AI akan menyebabkan banyak sekali orang kehilangan pekerjaan, tapi kabar baiknya hingga saat ini AI cuma menggantikan pekerjaan dibidang mekanik. Jadi apa aja yang harus kita persiapkan dan bagaimana tantangannya?

Di masa depan, soft skills akan menjadi kemampuan yang sangat valuable


Sudah jelas bahwa kebanyakan pekerja, proporsi pekerjaan yang saat ini dikerjakan manusia akan segera digantikan oleh mesin atau AI. Walaupun belum jelas jenis pekerjaan apa saja yang akan tergantikan kita tetap bisa membuat beberapa prediksi.

Kelemahan dari AI adalah mereka tidak punya peka terhadap perasaan seseorang, situasi sekitar, dan tidak dapat menciptakan trusting relationship. Jadi berdasarkan laporan World Economic Forum, "soft skills" akan menjadi kemampuan yang sangat berharga dimasa mendatang.

Kemampuan seperti empati, kepekaan, kolaborasi, dan creative thinking akan kemampuan manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI.


Transisi Hard Skill ke Soft Skills, Mudahkah?

Pict credit to New Scientist

Selama ini, bahkan di sekolah proporsi untuk mempelajari hard skills lebih besar daripada soft skills. Dilansir dari MITSloan Management Review, kita akan menghadapi paradox hard skills dan harus menghadapi tiga tantangan untuk dapat menguasai soft skills. 

Pertama, sekolah saat ini lebih seperti pabrik. Fondasi dasar sistem pendidikan dibuat setelah revolusi industri. Tujuannya jelas yaitu untuk mempersiapkan siswa untuk dapat bekerja dibidang pertanian, industri, dan baru-baru ini perkantoran.

Walaupun banyak sekolah yang mulai menerapkan metode belajar kreatif, tetap saja budaya sistem pendidikan tersebut masih sangat kental. Siswa diminta untuk tetap dikelas untuk beberapa jam, diminta untuk mengikuti peraturan, dan sayangnya mesin sangat kompeten dalam bidang satu ini.

Kedua, kehidupan kita saat ini dikelilingi teknologi. Sudah banyak studi empiris yang membahas bagaimana teknologi berpengaruh terhadap soft skills seseorang. Kemampuan bertatap muka seseorang baik anak-anak maupun dewasa yang banyak menghabiskan waktu dengan game online dan sosial media akan menjadi atropi.

Ketiga, lingkungan kerja yang memiliki banyak tekanan akan mengurangi rasa empati seseorang. Terdapat bukti empiris yang jelas bahwa orang dewasa banyak belajar saat bekerja, jadi bisa dikatakan bahwa mereka juga dapat dengan mudah belajar soft skills di tempat kerja.

Sayangnya perkembangan dan penggunaan soft skills seperti empati dan kreatifitas sangat sensitif terhadap perasaan seseorang. Beberapa studi menunjukkan bahwa saat seseorang merasa tertekan karena diperlakukan tidak adil, kemampuan hipocampus - bagian otak yang berhubungan dengan emosi - untuk dapat berempati dan mengapresiasi orang lain menjadi berkurang. Otak akan menutup diri untuk belajar dan memperlihatkan soft skills. 

Jadi gimana nih, kalian udah mempersiapkan apa aja untuk menghadapi era AI?


sumber: 

forbes - job loss for ai there's more to fear
futureoflife - benefit and risk of artificial intelligence

You Might Also Like

7 komentar

  1. Masih Ngeblog yah? masih kenal gue gak? wkwkwk

    ReplyDelete
  2. wah..nice info..dan benar sebagian sekolah sudah seperti industri abal-abal, kurang memperhatikan kualitas,,thnaks gan informasinya

    ReplyDelete
  3. Hai lia, Udah ada teknologinya, banyak dipake.. contoh yang paling deket sama kita google assistant misalnya. Di beberapa negara malah teknologi satu ini udah bisa bantu para dokter utk melakukan operasi jarak jauh. Mantap ya haha

    ReplyDelete
  4. Artificial Intelligence semoga ngebantu blogger di masa depan juga. auto block kalo ada plagiat misalnya

    ReplyDelete
  5. Mau tidak mau kita dipaksa untuk menguasai soft skill. Karena saya alami sendiri. Teknologi web saja sudah bisa ngilangin pekerjaan seseorang.

    Inget sewaktu tahun 2010, saya bekerja sebagi loper koran. Beh saat itu masih laku koran. Lalu perusahan fokus kembangkan situs berita, sebut saja teribunnews.com. Dan akhirnya, mulai saat itu temen2 saya yang mempunyai oplah penjualan sedikit tak mampu berthan. Sekarang yang bertahan adalah agen besar yang mengandalkan pelnggan tetap, dan itu pun terus mengalami penurunan.

    Pati kalian tahu jaman dulu pena yang mahal digunakan untuk tanda tangan bukan? Sekarang muncul tanda tangan digital. pena mahal jadi murah.

    ReplyDelete
  6. teknologi AI, Machine Learning, Data science,Iot, dll lagi berkembang pesat. Bakal banyak tenaga manusia tergantikan.

    ReplyDelete
  7. Mau nggak mau kita harus mulai mencari peluang. Sekarang jaman telemarketing dan online marketing, tapi kalau kita menulis atau memotret tanpa perasaan, postingan terlihat hampa, lho. Di jaman semua bisa didigitalisasi, ternyata kebutuhan konsultan keagamaan, konsultan psikologi/psikiater, dan call girls (eh?) meningkat. Tetap saja manusia butuh manusia.

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"