JADI PEREMPUAN ITU HARUS BISA MASAK, MASA SIH?

Jadi cewek harus bisa masak, Masa sih? Pict credit to cataloguekudoz.ca

Mengapa istri harus bisa masak? padahal itu rumah tangga bukan rumah makan. - Pidi Baiq

Waktu masih kecil, kita sering sekali mendengar kalimat "jadi cewek itu harus bisa masak", atau cari istri harus yang pinter masak.

Stereotip ini bahkan tertulis di Serat Candradini bahwa ada tiga kemampuan yang harus dikuasai perempuan yaitu macak, manak, dan masak.

Macak artinya perempuan harus bisa berdandan dan tampil menarik, manak artinya perempuan selain punya tugas melahirkan mereka juga memiliki tugas untuk mendidik anak, dan masak!

Yup, stereotip perempuan harus bisa masak ini masih eksis, tapi seiring meluasnya pandangan soal kesetaraan gender, prejudis soal istri itu nggak harus bisa masak mulai bertebaran kaya es kepal milo yang lagi hits.

Seperti quotes Pidi Baiq, kenapa perempuan harus bisa masak? kan yang mau dibangun rumah tangga bukan rumah makan.

Nggak cuma Pidi Baiq, banyak orang diluaran sana, laki-laki atau perempuan yang mulai tercerahkan bahwa selain masak perempuan punya peran lain yang relatif dianggap lebih penting, jadi bisa masak bukan lagi sebuah keharusan.

Bisa Masak Bukan Lagi Sebuah Keharusan?


Kalau melihat dari peran, secara garis besar peran perempuan ini ada dua yaitu kodrati dan non-kodrati. Kodrati itu peran yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan dan tidak bisa digantikan oleh laki-laki, misalnya aja melahirkan dan menyusui.

Sedangkan yang non-kodrati ini bisa dilakukan oleh segala gender, nggak perduli laki-laki atau perempuan.

Tiga kemampuan yang harus dimiliki perempuan berdasarkan stereotip yang berkembang itu masuk dalam kategori non-kodrati.

Jadi berdasarkan perannya, tugas masak memasak dirumah adalah urusan setiap anggota keluarga. Jadi kalau berdasarkan perannya, nggak cuma perempuan yang harus bisa masak tapi laki-laki juga.

Opini Soal Perempuan Harus/Nggak Harus Bisa Masak

Pict credit to Seattlekids.com
Happiness is homemade - Unknown

Menurut pandangan Saya pribadi, masak itu adalah kemampuan dasar untuk bertahan hidup. Terlepas dari maraknya warteg, rumah makan cepat saji, atau bahkan resto dengan layanan antar yang baik, perempuan harus bisa masak, semua orang harus bisa masak minimal masak telor ceplok atau nyalain kompor deh.  

Kita nggak pernah tahu kalau suatu saat nanti mungkin ada keadaan yang mengharuskan kita untuk memasak entah karena dompet yang lagi tipis, entah karena ada zombie apocalypse, atau karena terjebak di kebun tetangga selama berminggu-minggu. 

Betul bahwa laki-laki menikahi kita bukan untuk membuat rumah makan, tapi rumah tangga. 

Betul juga kalau tugas perempuan bukan cuma masak tetapi juga mendidik anak dan menjaga penampilan sebagai salah satu upaya menjaga rumah tangga tetap harmonis.

Kalau sudah sesadar itu mengenai tugas domestik, bukankah seharusnya dari awal kita berdiskusi dengan pasangan mengenai pembagian tugas domestik, alih-alih hanya membebankan hal tersebut pada perempuan.

Terlepas dari itu Saya mendukung revisi stereotip lama menjadi: baik laki-laki maupun perempuan harus bisa manak, macak, masak. 

Perempuan Harus Bisa Masak, Laki-Laki Juga


Cooking is at once child's play and adult joy, and cooking done with care is an act of love - Craigg Claiborne
Jadi kalau sebelumnya stereotip itu berfokus sama perempuan aja, sekarang bisa ditambah jadi laki-laki juga harus bisa begitu. 

Makanya sebelum menikah baiknya diskusi dulu sama pasangan soal pembagian tugas suami istri dalam rumah tangga, tentu aja pembagiannya didasarkan atas agama, budaya, dan variabel lain yang mempengaruhi otak kita. 

Ah! satu lagi, ini pendapat yang super subjektif si karena menurut Saya masak itu overwhelming banget apalagi kalau hasil masakan kita disukai orang yang makan. Bahkan saat masak dan ternyata rasanya enak walaupun dimasak dan dimakan sendiri itu tetap overwhelming. 

Jadi kenapa harus debat soal siapa yang harus bisa manak, macak, masak kalau semua itu merupakan pekerjaan non-kodrati yang bisa dilakukan oleh segala gender.

Terutama masak sih ya, sedihnya akibat isu kesetaraan gender ini orang jadi lebih fokus pada objek dan bukan subjek. Banyak yang justru berpendapat, "bener tuh, nggak perlu bisa masak, toh jaman sekarang layanan antar sudah banyak."

Menurut Saya sih logical fallacy, padahal yang diperdebatkan bukan kemampuan masak, tapi pembagian tugas domestiknya itu lho. Lagipula nih ya, semua orang butuh makan untuk bertahan hidup dan masak adalah basic survival skill. Jadi kenapa yang didiskreditkan justru kemampuan masak dan bukan fokus membenahi miskonsepsi pembagian tugas domestik?

Jadi semua orang harus bisa masak, bukan pinter masak. Menurut kalian gimana?

You Might Also Like

6 komentar

  1. saya tau kalau masak telur ceplok heheh

    ReplyDelete
  2. kalau bikin makanan yang simpel aja ga bisa, giman mau bikin keluarga harmonis... Kan juga ada bada banyak even sosial, agama, dll dimana skill memasak diperlukan

    ReplyDelete
  3. Jujur aku juga malah gak bisa masak, dulu sempat belajar masak tapi hasilnya gak karu karuan makanya disuruh stop sama keluarga hehehe...

    ReplyDelete
  4. Syukurlah suami saya BISA MASAK walau hanya gegorengan, ahaha..

    ReplyDelete
  5. Menurut aku sih perempuan harus bisa masak, yap bisa aja gak perlu pinter, plg gak ya bisa masak nasi sama lauk, iya bener makanan bisa beli di luar tapi itu berlaku kalau misal keluarga tsb berkecukupan lah kalau ga, misal suaminya kerja gaji pas2an istri ga bisa masak anak banyak, lah mau gimana? Jual ginjal 🤣

    ReplyDelete
  6. Perempuan emang ga harus pinter masak sih, yg penting bisa basic nya aja gitu.. kalau laki nya banyak duit sih ga masalah beli terus, tapi ya kalau ekonomi nya lagi ga memungkinkan ya mau ga mau harus masak sendiri wkwkwk selain bisa jd lebih hemat dan makanan lebih higienis

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"