Jadi Diri Sendiri: A Blessing or A Curse?

Pict credit: happenings.lpu.in

JADI DIRI SENDIRI, itu kalimat yang belakangan ini sering sekali saya dengar dan sangat double standard, atau justru sudah mengalami pergeseran makna? Kurang tahu juga. Biasanya kalimat "Jadi diri sendiri" ini ditujukan ke orang-orang yang sikapnya bertentangan dengan nilai dan norma sosial.

Perlu diingat ya Pak, Buk, Dek, Neng. Nilai dan norma sosial itu dibuat bukan tanpa alasan, tapi untuk melindungi hak-hak kita agar tidak dicederai hak-hak orang lain, begitu juga sebaliknya.

Contoh kecil deh, saat kita ketemu orang obesitas, dengan berbekal maksud ingin membesarkan hati orang itu, kita muji dia dengan bilang, "Gak apa dik, yang penting kamu JADI DIRI SENDIRI, gak peduli kamu obesitas atau kurang gizi, kamu tetap cantik apa adanya."

Pertanyaannya kemudian, apa benar kalimat pujian itu membantu mereka? secara psikologis? atau fisik?

Gimana kalau akibat kita puji dan benarkan begitu, orang yang sudah obesitas tersebut bukannya diet justru makin gencar makan junk food. Orang obesitas itu akan makin banyak terkena masalah keshatan, entah itu jantung bahkan diabetes. Mereka juga akan sulit melakukan aktivitas karena berat badan yang berlebih.

Kalau sudah gitu apa kita puas? bisa berbangga sama hasilnya? kasihan lho orang yang terjerumus sama pujian kita itu.

Tapi ini juga nggak jadi pembenar buat kita untuk menghardik orang yang sikapnya "nyeleneh" dan bersinggungan sama nilai dan norma sosial. Sebagaimana niatan baik untuk membangun mental orang jadi PEMBENAR untuk kita MEMBENARKAN TINDAKAN seseorang yang sebetulnya harus dikoreksi dengan senjata "Jadi diri sendiri."

Untuk contoh obesitas misalnya, kita bisa aja kan bilang sama dia, "Kamu cantik sekali, kita olah raga bareng yuk, biar makin sehat dan makin asoy geboy."Sambil ngajakin dia mulai makan sehat.

Gak selamanya kritik itu menyakiti, seringkali membangun, tergantung gimana cara kita menyampaikannya dan menanggapinya.

Jadi pengingat juga, ketika kita dapat kritikan, seringkali bukan karena orang tersebut mau menjatuhkan kita, atau iri sama kita, tapi memang karena mereka peduli.

Gini lho, sikap kita ini gimanapun nggak masalah, asal masih sesuai sama nilai dan norma yang ada, dan tentu aja dalam konteks yang positif. Jangan yang sikap-sikap yang jelek justru diadopsi cuma buat dianggap keren atau gaul.

Kalau kita udah bisa begitu, kita nggak cuma sampai tahap jadi diri sendiri, tapi jadi diri sendiri yang dewasa dan penuh empati.

Kadang ya, kita butuh kritik yang membangun daripada pujian yang menghancurkan.

You Might Also Like

7 komentar

  1. Mungkin yg dimaksud jadi diri sendiri itu lebih ke masalah indeep atau kedalaman hati dan pikiran bukan dari sisi fisik. itu kalau menurut saya loh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba memang, jadi diri sendiri lebih ke masalah indeep atau kedalaman hati, disini saya pakai contoh sisi fisik agar lebih mudah dipahami, karena menurut hemat saya masalah indeep, atau kedalaman hati juga memiliki batasan. Terimakasih tanggapannya :)

      Delete
  2. Betul sekali mbak , tapi kebanyakan orang lebih senang dipuji dari pada dikritik

    ReplyDelete
  3. Intinya sih, jadi diri sendiri memang penting, tapi lebih penting lagi self control. Karena kita mah apa atuh cuma manusia, tempatnya khilaf dan dosa :(

    Ehe...
    Peace, Love and Gaul 🖐🏼

    ReplyDelete
    Replies
    1. mimpi apa coba aku dikomentari sama D.R.A yang oke punya ini hahaha... setuju nin.. tanpa self control kita bakal jadi manusia yang kehilangan jati diri justru haha.

      Delete
  4. Pemuda pemudi sekarang krisis identitas,terlalu banyak ngikutin trend yg belum tentu cocok dengan diri mereka,alhasil jadi enggak punya identitas diri...

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"