(SEJARAH) MASYARAKAT RUSIA DAN DEMOKRASI

Tentara Russia yang memasuki wilayah Chechnya pada desember 1994. Photo via Aljazeera

Masa pergantian kepemimpinan oleh Vladimir Putin diawali dengan adanya reformasi pada bidang militer di Rusia. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa saat ini Uni Soviet telah berubah menjadi Russian Federation(RF) yang berdampak pada perubahan fungsi dan peran militer. Peranan militer post RF karakternya berubah karena saat itu sudah diterapkan civillian leadership dimana tentara bertugas dan berfungsi untuk melindungi masyarakat Rusia sekaligus negara-negara federasi lainnya. 

Selain itu, hal lain yang menjadi penyebab adanya reformasi militer adalah fakta bahwa hampir setiap partai politik memiliki tentara sendiri untuk mendukung gerakannya. Untuk itu, reformasi yang dilakukan adalah agar kekuatan-kekuatan militer yang tumbuh tersebut tidak lagi menjadi ancaman instabilitas dalam politik internal Rusia.

Paska berubahnya Uni Soviet menjadi Federasi Rusia hubungan antara politisi yang dalam hal ini adalah seorang civillian dengan militer cukup baik, dimana kebijakan yang diputuskan oleh politisi didukung oleh militer terutama mengenai gerakan yang lebih pro-barat. Saat itu keadaan perekonomian Rusia sedang lemah sehingga Rusia tidak memiliki pilihan. 

Tetapi perluasan pergerakan NATO juga tetap menjadi ancaman bagi Rusia, membuat tentara merah melakukan propaganda image. Namun begitu tentara hanya bertugas dan berfungsi untuk menjaga perdamaian dan menjaga negara-negara federasinya. Sayangnya hal tersebut membuat terjadinya sense disorientation bahkan sampai pada tingkat hilangnya status dan target. 


Para tentara merasa tugas dan fungsinya menjadi tidak jelas terlebih ketika mereka harus melawan penduduk Rusia di Chechnia. Saat itu juga keadaan para tentara sangat menyedihkan, mengingat mereka bahkan tidak mendapatkan bayaran atau akomodasi lainnya untuk mendukung pekerjaannya. 

Keadaan Rusia semakin memburuk, seiringan dengan makin memburuknya perekonomian rusia yang membuat kriminalitas rusia meningkat, masyarakat kelaparan, sehingga Pemerintah kemudian menjadi kehilangan wibawanya dihadapan masyarakat. 

Keadaan tersebut membuat tentara Rusia melakukan kudeta terhadap pemerintahan Yeltsin. Pada masa pergantian kepemimpinan dari Yeltsin ke Vladimir Putin, Putin melakukan banyak perbaikan dalam bidang militer. Terutama untuk memodernsisasi peralatan perang atau generasi smart weapon

Foto ilustrasi reformasi militer oleh V. Putin. Photo via Business Insider

Selain itu juga reformasi militer yang dilakukan putin salah satunya adalah dengan mengubah pandangan masyarakat terhadap tentara melalui sekolah, yaitu dengan memberi pendidikan mengenai pentingnya peran militer untuk mempertahankan ketahanan nasional. 

Sehingga masyarakat, diantaranya anak lelaki berusia 15-16 tahun, sudah diberikan pendidikan mengenai taktik perang dan lain sebagainya. Begitu juga anak perempuan diberikan pendidikan mengenai first aid dan kemampuan non-kombatan lainnya selama kurang lebih tiga bulan setiap tahunnya. 

Didalam tubuh militer juga terdapat kominsaris dimana mereka memang berpakaian layaknya tentara nmun mereka memiliki tugas untuk menjadi mata dan telinga bagi pemerintah untuk menghindari terjadinya korupsi dalam badan militer seperti yang terjadi dalam pemerintahan Yeltsin. 

Rusia Menuju Demokrasi


Foto ilustrasi. Photo via Cbs News

Ada beberapa hal yang diperlukan untuk mewujudkan proses demokratisasi agar terimplementasi dengan baik. Pertama, yang perlu diketahui adalah demokrasi merupakan hasil modernitas yang memberikan masyarakat peluang dan kebebasan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti menumbuhkan organisasi akar rumput sehingga masyarakat dapat memperjuangkan suaranya. 

Kedua adalah dimana demokrasi juga fokus pada pembangunan institusi. Yang ketiga adalah pentingnya memberdayakan fungsi dari masyarakat dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi sehingga menguatkan demokrasi baik secara prosedural dan institusional. 

Hal tersebut yang kemudian terjadi di Rusia serta dikombinasi dengan adanya organisasi-organisasi lain yang tumbuh. Selain itu terminologi kanan dan kiri dalam lingkungan politik Rusia berbanding terbalik dengan terminologi di negara lain. Bagi Rusia kelompok kanan adalah para pendukung komunis dan kiri adalah para pendukung pasar bebas.

Berubahnya sistem ekonomi Rusia menjadi sistem ekonomi pasar terbuka merupakan salah satu program atau agenda menuju barat. Partai politik yang paling berpengaruh dan menjadi partai politik sentral di Rusia adalah Partai politik Our Home is Rusia (NDR) dan Fatherland – All Rusia (OVR)

Walaupun begitu, keduanya memiliki tujuan sama yaitu untuk mengurangi pajak, mendapat jaminan finansial dan kesehatan yang lebih baik untuk masyarakat, yang pada intinya adalah apapun yang mereka perjuangkan adalah untuk membuat Rusia menjadi negara yang kaya dan keluar dari krisis yang terjadi pada masa Yeltsin. 

Selain itu ada juga partai nasionalis dan imperial patriots. Partai nasionalis yang sekarang bisa disebut sebagai akar neo-nazi, seringkali menggunakan ide Euranist sebagai alasan untuk mengatakan bahwa barat itu asing. Namun mereka mengakui bahwa nilai-nilai individualisme dan suatu negara yang kuat merupakan cara untuk melindungi kepentingan nasional Rusia dan untuk melindungi Rusia dari ancaman eksternal maupun internal.

Pada kenyataannya hasil penelitian menyatakan bahwa 67-98 persen orang Rusia percaya pada tujuh prinsip berikut ini :
1.      Individualisme,
2.      Bahwa hukum adalah mandat bagi setiap orang dari Presiden hingga rakyat biasa,
3.      Kepemilikan publik adalah suatu pengorbanan,
4.      Semakin kuat negara semakin sejahtera rakyatnya
5.      Semakin kuat negara maka hak-hak masyarakat akan semakin diperhatikan,
6.      Hak asasi manusia yang paling penting adalah hak untuk hidup dan hak untuk saling menghargai hak orang lain,
7.      Warga Rusia membutuhkan kebebasan berpendapat sebanyak yang dibutuhkan amsyarakat barat.

Sehingga walaupun Rusia sangat anti barat tetapi Rusia mengakui bahwa mereka juga membutuhkan nilai-nilai yang dianut oleh barat untuk memperbaiki sistem politik dan ekonomi mereka. Selain itu Rusia juga melakukan modifikasi dalam sistem media massa mereka. Media massa dituntut untuk menyampaikan berbagai informasi yang seolah-olah sangat bebas tetapi disisi lain berita dalam media massa tersebut telah melalui proses sensor dan lain sebagainya dari pemerintah.

Hal tersebut sama dengan yang terjadi di Indonesia pada masa Soeharto. Saat itu Indonesia dalam keadaan terpuruk dalam sisi ekonomi paska mundurnya Presiden Soekarno. Sehingga Indonesia memilih untuk berpihak pada barat dan bukan lagi pada komunis. 

Saat itu yang dilakukan Presiden Soeharto sama dengan yang dilakukan Presiden Yeltsin namun pertumbuhan ekonomi yang diperlihatkan Presiden Soeharto sama dengan apa yang diperlihatkan pada masa pemerintahan Vladimir Putin. 

Hanya saja pada akhirnya apa yang dilakukan Presiden Soeharto sama dengan kejatuhan Presiden Yeltsin. Hal yang perlu dilihat dalam hal ini adalah bahwa Presiden Soeharto saat itu sangat bergantung pada bantuan yang dikirimkan oleh barat melalui IMF, serta berbagai pinjaman dalam bentuk fiskal maupun finansial. Sehingga faktor internal Indonesia sendiri menjadi tidak cukup kuat untuk berdikari, tidak seperti yang terjadi di Rusia.    



You Might Also Like

4 komentar

  1. keren blognya,,, topiknya juga kerenn

    ReplyDelete
  2. Sejarah akan membuka mata kita karena dg sejarahlah kita bisa tahu peninggalan-peninggalan masa tetdahulu sejarah adalah hal yg menyenangkan..

    ReplyDelete
  3. Wah keren artikelnya tapi lebih keren kalo bahas tentang sejarah islam. :)

    ReplyDelete
  4. Indeed, after the change of the Soviet Union into the Russian Federation the relationship between politicians, in this case a civilian and the military, was quite good.

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"