Mengenal Etnis, Kelompok Etnis, dan Konflik Etnis


Foto konflik etnis di Burundi dan Rwanda. The copyright of the picture reserved to Global risk Insight

Pernah denger kata konflik etnis? entah gimana tapi terminologi konflik etnis ini jadi super fleksibel. Misalnya aja konflik yang terjadi di Somalia, sering banget disebut sebagai konflik etnis. Padahal, kenyataannya Somalia adalah negara paling homogen dibanding negara afrika lainnya.

Yang sebenarnya terjadi di Somalia juga gak bisa dibilang konflik etnis, tapi lebih ke konflik kepentingan antara pemimpin kelompok dengan pemimpin kelompok yang lain. Karena faktanya mereka berasal dari etnis yang sama.

Makanya, sebelum kejauhan bahas konflik etnis di Afrika berikut penyebabnya, mendingan kita samain pandangan dulu tentang definisi konflik etnis itu sendiri.

Memahami Definisi Komunitas Etnis dan Konflik Etnis


Bentar bentar, udah tau belum definisi etnis sendiri itu apa? Kalau belum mari kita pemanasan dulu dengan bahas definisi etnis dari berbagai ahli;

Menurut Anthony, 2008;

Komunitas etnis merupakan suatu komunitas yang memiliki nenek moyang yang sama dan ingatan yang sama.

Menurut Smith, 1997;

Komunitas etnis merupakan komunitas yang memiliki nenek moyang sendiri, memiliki ingatan yang sama, juga memiliki beberapa elemen cultural yang meliputi keterkaitan atas suatu tempat tertentu dan memiliki sejarah yang kurang lebih sama, biasanya hal tersebut menjadi suatu ukuran bagi solidaritas dari suatu komunitas.

Oh ya selain definisi tentang etnis diatas, menurut Smith ada enam indikator supaya suatu kelompok bisa disebut dengan komunitas etnis;

  1.  Komunitas etnis harus punya sebuah nama (yaiyalah ntar bingung lagi manggilnya apa, masa anonymous nanti dikira komunitas hacker).
  2. Komunitas etnis juga harus yakin mereka berasal dari nenek moyang yang sama.
  3. Memiliki suatu ingatan sosial yang sama, ya  contoh ringannya punya folklore yang sama atau sejenis itulah.
  4. Kulturnya juga harus sama entah nilai budayanya, agama, norma adat, musik, bahkan arsitektur bangunannya.
  5. Kelompok itu harus punya KETERIKATAN dengan suatu wilayah teritori tertentu, misalnya orang sunda ya di wilayah Jawa Barat.
  6. Yang jelas sih harus ngerasa kalau mereka berasal dari kelompok yang sama jadi punya rasa solidaritas yang tinggi. 
Udah paham? kira-kira udah bisa identifikasiin diri sendiri belum masuk komunitas etnis yang mana?

Kalau udah bisa, pasti udah kebayang juga kan definisi konflik etnis itu kaya gimana? Ini nih supaya lebih jelas definisi konflik etnis menurut Brown, 1997;

konflik etnis merupakan suatu konflik yang ditimbulan karena adanya permasalahan-permasalahan mendesak menganai, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun territorial antara dua etnis atau lebih.


Level Analisa Konflik Etnis


Gue bingung gimana caranya supaya lo gak ngantuk baca ini, tapi please deh baca aja sampe abis (maksa) gue udah baik gini mau nulisin. 

Ngomongin soal konflik ini gak main-main. Ni contohnya, misal ada orang kulitnya putih noyor dikit orang kulitnya item, terus yang satu gak terima dan noyor balik. Terus tiba-tiba lo bilang, "Wah ada konlik etnis tuh." Yang bener aja? itu mah mereka lagi cuddling *Eh. Jadi kalau udah tau definisi konflik etnis jangan setiap masalah lo bilang konflik etnis. 

Nih buat keren-keren kalau lo lagi jelasin ke temen soal konflik etnis;

Jadi sebenernya buat nganalisa konflik etnis itu ada tiga level. Level pedas, sedang, dan normal? Ya nggak lah, lo pikir lagi beli indomeh di kedai Abang Adek!

Menurut Brown (1997), levelnya itu ada level sistemik, domestik, dan persepsi. Nah ini dia perbedaannya;


  • Level Sistemik

Pada level ini, konflik etnis terjadi akibat adanya kelemahan otoritas entah ditingkat nasional atau internasional yang menyebabkan pihak pemerintah negara tsb gak mampu lagi menjamin keselamatan warga negaranya. Sistemnya jadi Anarki gitu.

Nah pada tahap ini, biasanya sih bakal terjadi ketiadaan kekuasaan, yang akhirnya mendorong masing-masing kelompok etnis buat mempertahankan dan mempersiapkan dirinya dari serangan lawan, yang kita sebut dengan kelompok etnis lain. 

Kaya main game ya? Iya bener kok, kalau di Hubungan Internasional situasi begini kita sebut sebagai security dilemma. 

Jadi menurut Brown pasti bakal ada kelompok penyerang dan kelompok bertahan. Fungsinya ya buat jaga-jaga dan melindungi diri dari kelompok lain, kan gak ada otoritas yang kuat yang bisa ngelindungin. 

Gambaran kondisinya si kaya hubungan Amerika - Rusia pas perang dingin. Yang satu meningkatkan military capabilities buat tujuan berjaga-jaga karena memang statusnya lagi waspada, tapi yang lain nganggap itu sebagai ancaman.

Kalau kekuatannya gak terbendung bisa dipastikan bakal terjadi perang yang sifatnya militeristik, dan yang bakal nyerang duluan kemungkinan yang paling kuat kalau dilihat dari sisi military capabilitiesnya.

  • Level Domestik

Kalau dilevel domestik ini, menurut Brown (1997) tentang gimana pemerintah bisa memenuhi kehendak rakyat. 

Dalam level ini, pengaruh nasionalisme dan relasi antar kelompok etnis dalam proses demokratisasinya itu penting banget. Biasanya sih nasionalisme itu perasaan kecenderungan buat mewujudkan keinginan dan tujuan negara.

Tapi lain lagi kalau dalam konteks etnis, ya nasionalismenya didasarkan pada kekuatan etnis dan persamaan kultur bukan negara. Makanya kita sering banget liat ada konflik etnis disebuah negara, apalagi yang negaranya heterogen. 

Mau contoh? Uhm contohnya sih yang terjadi di Rwanda. Pernah denger? konflik Rwanda itu salah satu fenomena konflik etnis yang jadi perhatian dunia. 

Jadi, di Rwanda itu ada suku Tutsi dan Hutu. Nah, pas salah satu suku itu menempati jabatan pemerintahan, kebijakannya itu dianggap cuma menguntungkan buat etnisnya aja, tapi gak melindungi hak etnis lain. 

Waktu itu sih bertepatan sama proses demokratisasi gitu. Jadi emang ada anggapan, dalam proses demokratisasi, kalau pemerintahan otoriter sebelumnya bersifat adil ya proses demokratisasinya bakal bagus. Tapi, kalau pemerintahan otoriter sebelumnya itu kacau, ya proses demokratisasinya juga gak akan sesuai harapan.


Sumber Bacaan

Brown, Michael. E., 1997. “Causes and Implications of Ethnic Conflict”, dalam The Ethnicity Reader. Nationalism, Multiculturalism, and Migration, Guibernau dan John Rex (eds), Great Britain Polity Press: Britain.

Internet :

Miss Interpreting Etchnic Conflict





You Might Also Like

3 komentar

  1. Saya masih belum paham dengan konflik etnis ini gan. Singkatnya apa mas magsudnya?

    ReplyDelete
  2. Saya masih belum paham dengan konflik etnis ini gan. Singkatnya apa mas magsudnya?

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"