Dampak Arus Pasar Tenaga Kerja: Baik atau Buruk?
- September 26, 2017
- By jendela eva
- 3 Comments
Pict credit: labour exploitation |
Hari ini adalah hari yang ajaib, karena Saya yang biasanya cuma baca-baca kolom komentar Youtube atau status Facebook, kali ini justru download dan baca jurnal dengan judul:
Measuring the impact of labour using a model of billateral migrations. (Terrie L. Walmsey dkk)
Overall, jurnalnya sih ngomongin soal arus migran (pasar tenaga kerja) dari negara berkembang ke negara maju dan sebaliknya, yang tentu aja tenaga kerja ini bisa kita bagi dalam dua kelompok yaitu skilled dan unskilled. Nah sebelum bahas lebih jauh, enaknya kenalan dulu sama istilah-istilah yang dipakai disini. (Hasil penelitian tentang tenaga kerjanya bakal dibahas dibawah, keep reading guys)
Apa sih yang dimaksud Negara Maju, Negara Berkembang, Skilled Labour, dan Unskilled Labour?
Makanan apaan tuh negara berkembang sama negara maju? pakai ada skilled dan unskilled labour lagi. Nah kalau negara berkembang itu istilah aja sih yang biasa dipakai untuk menunjukkan negara dengan tingkat kesejahteraan rendah. Misalnya aja negara-negara di asia tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dll.
Kalau negara maju itu buat menunjukka negara dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Misalnya nih, negara-negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis, dll.
Tebak-tebakan hayooo.. Cina termasuk negara maju atau berkembang?
Lantas kita lanjut keee......
Apa itu yang skilled labour? sesuai namanya ya itu tenaga kerja terampil, biasanya sih mereka kerja sebagai konsultan, staf ahli, manager, dan pekerjaan lain yang butuh keahlian khusus.
Kalau unskilled labour itu ya sebaliknya, gitu aja kok bingung. Haha. Jadi kalau unskilled itu biasanya yang kerjanya jadi pemborong. Bukan, bukan pemborong kontraktor yang dimaksud disini. Yang dimaksud disini adalah orang yang mau kerja apa aja. Gak lucu kan punch line nya? emang!
Biasanya unskilled labour ini kerja untuk jadi pembantu rumah tangga, buruh dipabrik, atau pekerja lain yang semacam itu dan nggak membutuhkan keahlian khusus. (padahal buat bebersih butuh keahlian dan kesabaran tinkat dewa ya, apalagi kalau ngebersihin apa yang udah orang lain berantakin)
Oke skip..
Terus dimana bagian menarik dari baca jurnal??
pict credit: chuck n fun |
Pertanyaannya cukup sulit ya.. jurnal menarik? menarik dong, tapi untuk baca itu rasanya gimana gitu. Haha.
Jadi gimana? jurnalnya ngebosenin?
Woitsss jangan salah, baca jurnal = obat tidur. Kita belum sempat merasa bosan aja udah tidur duluan kalau baca jurnal.
Sampai satu titik Saya baca kalimat yang kurang lebih gini:
Melancongnya atau perginya tenaga kerja terampil dari negara berkembang ke negara maju bisa kita katakan sebagai brain drain. Hal ini mengakibatkan penurunan potensi pendapatan pajak, mengurangi output, menyebabkan gap pendapatan, bahkan menurunkan level rata-rata kemampuan sumber daya manusia disana.
Kenapa bisa menurunkan potensi pendapatan pajak? ya karena mereka kerja disana, menghasilkan uang disana, mandi disana, ngupil disana, bayar pajaknya ya di negara tempat mereka kerja dong.
Terus kenapa bisa mengurangi output? ingat ya kalau kita mau menghitung output dari segi pengeluaran itu rumusnya Y = C + I + G + NX. Dimana C itu konsumsi, I itu investasi, NX itu net expor atau expor - impor.
Jadi contohnya nih, kalau misal ya si juned orang Indonesia dan kerja di Belanda, nggak mungkin dong juned kalau mau makan kudu balik ke Indonesia dulu? ya pasti makan di Belanda, beli kutang sana, beli cilok disana. Otomatis konsumsi yang harusnya di Indonesia malah di Belanda dan konsumsi kita berkurang dong? jadi total output atau Y-nya juga akan berkurang.
Begitu nggak? barangkali Saya salah silahkan dikritisi lewat kolom komentar. Tapi dibalik itu produktivitas si tenaga kerja yang keluar negeri ini bisa menghasilkan yang namanya beneficial brain drain. Kalau soal beneficial brain drain kayaknya banyak yang bahas deh jadi kita skip bagian ini dan lompat kebagian paling penting.