REVIEW FILM ZAPATISTA, GERAKAN AKAR RUMPUT DI MEKSIKO



Emangnya cuma ada di film V for Vendetta? Gerakan akar rumput itu nyata! Gak cuma di film-film. Salah satunya Zapatista, gak ada siapapun yang tau siapa ketuanya, bahkan anggotanya sendiri. Menarik kan?

Film ini secara keseluruhan ngasih liat gimana cara gerakan akar rumput di Meksiko ini berkembang. Trigger dari gerakan Zapatista sendiri, karena ada orang misterius yang nulis di surat kabar soal bagaimana sistem ekonomi di Meksiko yang dirasa gak pro petani. 

Kalian bisa cari sendiri kan film dokumenter, cari aja pake Keyword Zapatista. Yang jelas film ini dokumenter dan asli bukan rekayasa, dan gak seperti film V for Vendetta ya. (Note : Oiya ,kalau kalian paham siapa sebenernya V tolong kasih tau, gw berkali-kali nonton masih gak ngerti juga)


Kenalan Sama Sistem Ekonomi Dulu Yuk


Kita masuk ke bahasan deh ya? apa yang mau dibahas? soal sistem ekonomi di Meksiko yang jadi penyulut adanya gerakan Zapatista.

Nah, pernah denger prinsip ekonomi liberal kan? prinsip ini sih sekarang dominan banget ya, pasti semua pernah denger atau baca jargonnya, "Laizzes faire, liazzer passer." Kalau dibahasa Indonesia-kan artinya kira-kira "Biarkan saja apa adanya." Tentu aja dalam konteks ekonomi maksudnya, biarkan aja mekanisme pasar bekerja, pemerintah gak perlu campur tangan.

Sebenernya sih prinsip ekonomi itu gak cuma ekonomi liberal ya. Ada prinsip lain yang gak kalah populer dan banyak dipake negara-negara di dunia, misalnya merkantilis, neo-lib, keynes, ah banyak deh. Daaan biasanya sih suatu negara bakal mengalami perubahan sistem ekonomi dari masa ke masa, ya menyesuaikan kebutuhan lah ya.

Makanya menurut Polanyi (Burchill : 1996) prinsip ekonomi tersebut bukanlah merupakan hasil evolusi maupun sesuatu yang alamiah. Polanyi justru berpendapat bahwa prinsip tersebut merupakan suatu rekayasa global untuk dapat membuat suatu swa-tata pasar yang dapat menjamin fungsi tata pasar secara tepat. 

Nah nah, balik lagi ke liberalisme ya. Pada abad ke 18 sistem ini sih cenderung pada penguasaan tanah dan buruh, makanya dulu itu ada yang namanya tuan tanah. Berbeda dengan abad ke 19 ketika para pemilik modal yang mulai berkuasa. 

Pada liberalisme murni ini masih banyak dipake, manusia memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk memperlihatkan sifat dasarnya, yaitu untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebanyak yang disuka dan yang bisa didapat. Prinsip ini sih menganggap bahwa pemerintah tidak perlu untuk melakukan intervensi sedikitpun pada kegiatan pasar. Alasannya apa? karena ada "tangan tak terlihat yang bakal ngatur."

Paham gak? Gini-gini, buanyak banget yang gak suka sama Adam Smith dengan konsep Laizzes faire-nya. Tapi setelah gw baca, sebenernya Smith ini orangnya berpikiran positif, karena menganggap manusia ya bakal bersikap adil sama diri sendiri dan orang lain dalam urusan ekonominya. Artinya, anggapannya gak akan ada yang saling curang. Sayangnya manusia itu serakah. Maka prinsip liberalisme bergeser, digantikan sama sistem neo-liberalisme.

Nah, pada tahun 1930 ketika dunia masuk dalam sebuah resesi global, membuktikan bahwa prinsip tersebut justru mebawa kehancuran pada perekonomian dunia. Untuk memperbaiki keadaan tersebut maka Neo-Liberal mulai dilirik, diterawang, diraba, dan diberlakukan. Teori Neoliberal. 

Oiya, siapa Polanyi, mending googling aja lah ya. Kalau gw pribadi sih ngefans sama pemikiran Polanyi. Transformasi Besarnya Polanyi itu karya orang, yang pertama kali berhasil bikin gw baca dua kali. Okayy.. mari kita skip.

Perubahan sistem ekonomi itu tentu aja menunjukkan bahwa pasar dan negara bukanlah sesuatu yang bertentangan namun merupakan suatu badan institusional yang saling mendukung satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, menurut Polanyi (Burchill : 1996) untuk membuat suatu sistem pasar yang efisien maka pasar membutuhkan negara untuk melakukan intervensi dalam pembentukannya. Bahkan setelah sistem pasar tersebut terbentuk, pasar masih membutuhkan negara untuk membuat sistem itu tetap stabil untuk menjamin kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.


Hubungan Sistem Ekonomi Meksiko dan Gerakan Akar Rumput Zapatista?


Pada Film Zapatista yang berlatar belakang tahun 1993, diperlihatkan ternyata sistem ekonomi neo liberal yang diberlakukan di negara Mexico juga dinilai oleh sekelompok masyarakat kurang tepat untuk diberlakukan di Mexico. 

Film dokumenter tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat melihat kecenderungan untuk menolak prinsip neo-liberal karena dirasa merugikan kelompok masyarakat dengan ekonomi lemah namun menguntungkan para pengusaha yang melakukan investasi di negara tersebut, terlebih harga produk mereka dibatasi sehingga mereka tidak dapat mendapatkan pendapatan lebih. 

Hal tersebut menurut Polanyi (Burchill : 1996) merupakan konsekuensi logis dari penerapan sistem liberal. Pertama adalah karena pada sistem liberal, pembagian kekayaan dimasyarakat tidak dapat merata, karena dalam sistem liberal setiap orang ingin memaksimalkan keuntungannya. 

Kedua adalah untuk mendukung sistem tersebut dilakukan berbagai manupulasi politik berupa intervensi negara untuk merubah berbagai regulasi lama yang dianggap menghalangi atau membatasi aktivitas pasar dan membangn badan-badan administrasi politik baru untuk mendukung faktor-faktor produksi ekonomi pasar baru. 

Terlebih menurut Polanyi (Burchill: 1996) kapitalisme industri juga memisahkan masyarakat dengan pasar dan negara dengan mengubah tenaga kerja, tanah, dan sumber daya alam lainnya menjadi suatu komoditas. Teori ekonominya David Ricardo ini secara nyata memisahkan negara dengan masyarakat sehingga membuat suatu asumsi bahwa kesejahteraan justru merupakan intervensi dari luar. 

Merujuk dari pernyataan Polanyi maka apa yang terjadi di Mexico adalah dampak dari kesalahan pemikiran ekonomistis (Burchill : 1996). Menurut Burchill sendiri penggunaan perdagangan bebas dan relasi pasar menghasilkan sebuah kompetisi untuk mencapai suatu keifisienan pasar dan menghapuskan segala bentuk yang dianggap tidak efisien, hal tersebut yang kemudian memaksa masyarakat harus beradaptasi dengan cara-cara baru (Burchill : 1996). 

Hal tersebut juga berpengaruh pada distribusi kekuasaan dan kekayaan, hingga membentuk suatu hierarki, ketergantungan, dan hubungan kekuasaan baru (Burchill : 1996). Berbagai konsekuensi yang harus diterima ketika masyarakat tidak siap dengan berbagai regulasi baru yang diterapkan pemerintah Mexico dan cenderung menjadikan para buruh dan sumber daya alam sebagai komoditas secara nyata memperlihatkan bagaimana sistem liberal bekerja. Hingga mendorong masyarakat membentuk suatu organisasi untuk melindungi para petani terutama di Mexico yang bernama Zapatista. 

Adanya berbagai kekecewaan masyarakat terhadap regulasi baru yang diterapkan oleh pemerintah mendorong kelompok masyarakat untuk membentuk suatu organisasi yang oleh kaum realis dikatakan sebagai suatu organisasi yang anarkis, karena organisasi tersebut tidak memiliki pemimpin tunggal.


Dalam kaitannya dengan Indonesia, pada tahun-tahun yang sama Indonesia juga mengalami suatu keadaan yang kurang lebih sama. Pada masa Orde baru pemerintah mulai merubah orientasi hubungan internasionalnya ke Barat, dan pada saat itu pemerintah mulai melakukan perubahan besar dalam regulasi-regulasinya dan membentuk suatu hierarki yang saling ketergantungan. 

Keadaan Indonesia saat itu tidak jauh berbeda dengan Mexico karena Indonesia yang tadinya cenderung tertutup dan menganut sistem ekonomi merkantilis berubah menjadi liberal, sehingga banyak masyarakat yang juga merasa dirugikan dengan sistem tersebut terutama buruh. 

Bukan hanya itu padamasa orde baru ini sumber daya alam di Indonesia dapat dinikmati oleh negara-negara maju. Saat itu di Indonesia juga terjadi banyak protes dari masyarakat terutama para mahasiswa, sebagai kaum terpelajar, dan puncaknya adalah tahun 1998. 

Meskipun begitu, sekarang ini masyarakatnya sendiri cenderung menikmati sistem liberalisasi. Terlepas dari kenyataan bahwa sistem ekonomi dewasa ini sangat rawan krisis, tetapi masyarakat cenderung menerima, karena ada modifikasi dari regulasi-regulasi yang telah ditetapkan terutama paska peristiwa 1998, Indonesia sendiri cenderung tidak lagi state sentris. Kejadian tahun 1998 di Indonesia dapat membuktikan bahwa tekanan dari masyarakat dapat memaksa pemerintah untuk memodifikasi regulasinya.

You Might Also Like

3 komentar

  1. kalau dulu waktu kuliah film ini dikatakan sebagai bentuk propaganda menurut teman saya, hanya saja beda dengan yang diterangkan diartikel ini. beda lokasinya kalau di film kan lokasinya di Inggris ya.. kalau ini di Meksiko.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, kalau zapatista ini film dokumenter dan gerakan akar rumputnya memang benar-benar terjadi di Meksiko sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah. Berbeda sama V for Vendetta yang "beneran" film hehe.

      Delete
  2. Film Baru Apa Udah Lama ini..
    Tapi Makasih Dah Kasih Infonya...

    ReplyDelete

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"