Realisme Dalam Hubungan Internasional menurut Hobbes







Realisme
            Menurut filosofinya, realism  merupakan teori ontology yang bertentangan dengan idealism maupun nominalisme. Menurut para peneliti realism merupakan folosofi dari pengetahuan yang bertentangan dengan empirisme, instrumentalisme, varifikasionalisme, serta positivism. Realisme merupakan teori yang tertua dan seringkali diadopsi oleh teori hubungan internasional.

Definisi Realisme
            Realisme menekankan paksaan pada politik yang ditekankan pada keegoisan manusia dan ketidakhadiran pemerintah internasional yang akhirnya menimbulkan anarki, yang memerlukan keunggulan dalam segala kehidupan politik mengenai ‘kekuatan dan keamanan’. State-centrism megutarakan secara luas (meskipun tidak secara keseluruhan) tentang teori internasional yang dibutuhkan dari anarki dan egoisme dan hasil yang imperative sebagai hasil dari adanya kekuatan politik sebagai inti dari relisme. Manusia akan selalu mengeluarkan sisi-sisi negative dari fikirannya yang dianggap pantas untuk diekspresikan untuk mencapai dan mendapatkan kebutuhannya. Semuanya penting bukan untuk membuat pertahanan terbaik dalam sifat alami manusia,  kelemahan (moril) dpat memberikan kepuasan (Treitschke 1916:590).
            Para realis lainnya, tanpa mengingkari centralisasi dari anarki itu sendiri, juga menekankan pada sifat alami  manusia. Seperti argument Morgenthau bahwa dunia social (adalah) meskipun begitu menyoroti tentang sifat alami manusia dalam berbagai bidang yang sama. Kebanyakan realis menganggap konflik sebagai bagian situasional yang menjelaskan, tapi meskipun tidak begitu, kebanggaan, keinginan, dan penncarian kemuliaan dapat menyebabkan adanya peperangan   untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Realis yang radikal merupkan semua kecuali kekuatan dan keegoisan dari politik (internasional). Jadi realism merupakan ideology atau pandangan bahwa untuk membentuk kekuatan politik dan keamanan maka pemerintah dapat melakukan tindakan anarki terhadap rakyatnya, dan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan sumber daya yang sama yang pada akhirnya akan menimbulkan peperangan.
           
Hobbes dan Realisme Klasik
            Hobbes membuat asumsi sederhana :
1.      Man are equal , merupakan bentuk elemen bahwa tang terlemah mempunyai kekuatanyang cukup untuk membunuh yang terkuat, hal ini akan menimbulkan permusuhan. Kebencian ditimbulkan oleh adanya kompetidi, ketidakpercayaan dan keinginan terhadap adanya kemuliaan (tahta).
2.      They interact anarchy
3.      They are driven by competition, diffedence, and glory.
Hobbes menyatakan bahwa semua orang memiliki hak yang tertentu untuk menyakiti orang lain untuk memperjuangkan kepentingannya. Maka tiap orang berhak atas apa yang orang lain miliki, tetapi dengan keterbatasan sumberdaya akan menimbulkan adanya konflik.Hobbes memberikan penekanan yang sama pada anarki dan egoisme.

Waltz dan Realisme Struktural
            Realisme structural merupakan usaha untuk ‘meringkas tiap atribut dari sebuah Negara kecuali kesamampuan mereka (Waltz 1979: 99) dalam urutan untuk menyoroti pengaruh dari anarki dan distribusi dari kemampuan.Struktur politik ditegaskan melalui prinsip mereka sendiri, perbedaan dari fungsi dan distribusi kemampuan. Hirearki dan anarki merupakan dua prinsip dalam politik  Hierarki membawa hubungan dari super dan sub-ordinasi diantara bagian dari sitem itu sendiri, dan yang termasuk perbedaan mereka (1979: 61)
            Realisme adalah teori yang mencatat bagaimana dunia itu dijalankan atau diatur. Keseimbangan Negara merupakan posisi paling aman untuk Negara itu sendiri, ketika kekuatan besar melakukan invasi pada musuhnya melalui kekuatan-kekuatan yang lebih kecil.
            Prisoners’ dilemma menawarkan standar formal mengenai gambaran yang logis. Contoh, dalam menentukan seorang tersangka kita tentu memiliki beberapa pilihan mengenai siapa yang aka diangkat menjadi tersangka melalui bukti-bukti atau fakta-fakta yang ada. Pilihan yang rasional merupakan kerusakan meskipun keduanya tahu bahwa keduanya dapat lebih baik jika mereka bekerjasama, artinay bekerjasama merupakan cara untuk mendapatkan kekuatan lebih dengan menggabungkan dua kekuatan untuk mencapai tujuan. Keuntungan relative seringkali menghalangi terjadinya kerjasama.
            Multipolar system adalah ketika kekuatan ditentukan diantara banyak actor, sebuah perubahan pada batas luar dari kesamaan atas keseriusan yang mutlak yang mungkin memiliki catatan tentang pengaruh dalam keseimbangan yang general.
Motives Matter
            Maltz mengklaim bahwa  Negara pada saat minimum, akan mencari akan mencari keamanan bagi dirinya, dan saat suatu Negara dalam keadaan maksimum, akan mencoba untuk mendominasi dunia.
            Realisme yang offensive dan defensive dapat terlihat sebagai logika abstrak dari interaksi yang cukup dalam tuntutan yang sesungguhnya tentang kealamian Negara. Akibatnya revive perbedaan realisme klasik antara status quo dengan revolusioner atau revisionis dan pengembangan dua teori realism yang berbeda memiliki orientasi yang sangat konstras.
Proses, Institutusi, dan Perubahan
            Synister mencoba mengembangkan beberapa variable yang menambahkan kedalaman serta pemahaman untuk menghasilkan teori yang lebih jelas dengan kisaran yang lebih sempit. Variable proses kaang hanya mempengaruhi beberapa bagian dari system itu sendiri. Norma-norma memiliki kelembagaan yang jelas bahkan pada tingkat internasional. Norma tidak lagi anarki maupun polaritas. Realisme seringkali tidak mampu memahami teori hubungan internasional karena realism dibuat untuk mempertahankan ideologinya karena teori dianggap harus dipertahankan.
            Moralitas dewasa ini telah menjadi sorotan utama dalam hubungan internasional. Negara yang anarkis dianggap tidak memeiliki moral. Negara yang kuat seringkali melanggar norma moral yang berlaku, hal ini dikarenakan kekuatan Negara sudah dimobilisasi oleh norma moral. Dengan kata lain anarkisme dan keegoisan akan mempengaruhi hubungan internasional suatu Negara, meskipun pada dasarnya hubungan internasional bertujuan untuk memenuhi national interest yang masuk pada tatanan keegoisan social, karena tidak ada satu negarapun yang bekerjasama demi membantu Negara lain semua semata-mata untuk kepentingannya sendiri. Maka konsep realism sendiri memang sudah tertanam sejak lama, juga akan sangat berlebihan jika mengatakan Negara anarkis tidak akan pernah memiliki moralitas.


           

You Might Also Like

0 komentar

semoga bermanfaat
mohon kritik dan saran yang membangun ya :D
"sharing is caring"